filenya bisa diunduh di sini.
Oleh:
Hanik Hamdiyah (D07213014)
PGMI-5A
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
Abstrak:
Artikel ini membahas tentang bagaimana menjadi mahasiswa ataupun
pelajar yang memiliki ilmu namun tidak sombong dengan ilmunya, dasar-dasar
perintah untuk menjadi insan tawadhu’, dan bagaimana cara-cara menjadi manusia
yang memiliki kepribadian yang tawadhu’.
Dunia kampus, tempat dimana para pelajar mendalami berbagai cabang
ilmu pengetahuan yang begitu kompleks, kebebasan berpikir, mengutarakan
pendapat, berargumen dengan sesama mahasiswa, dosen, birokrat, maupun
masyarakat. Karena sesuai dengan peran mereka yaitu sebagai agen of change,
moral force, iron of stock dan social control, mereka dituntut
untuk peka terhadap segala problematika kehidupan. Berdiskusi dilingkungan
mahasiswa adalah hal yang lumrah saya jumpai diberbagai kegiatan seperti
seminar, organisasi, dan proses perkuliahan. Namun saat ini sering saya jumpai
dalam dunia perkuliahan banyak mahasiswa yang kritis dan terbilang pandai,
aktif berbicara tetapi kurang memiliki nilai kesopanan dalam menyampaikan
pendapat, masukan, kritikan, ataupun sanggahan. Mereka cenderung ingin
menjatuhkan lawan bicaranya, dan jika lawan bicaranya tak mampu menaggapi
jawabannya mereka merasa telah memenangkan argumentasinya. Berargumen dengan
dosen pun tak jarang mereka ngotot dalam berpendapat, menyela pembicaraan,
menguji kemampuan dosen, yang menurut pandangan Islam hal tersebut tidak
dibenarkan. Seperti kita telaah dalam kalam Allah surat As-Syu’araa’ ayat 215:
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang
yang beriman.”
Juga sebuah hadits shahih rasulullah bersabda:
إنَّ
الّله أَوْحَى أَنْ تَوَا ضَعُوا حَتَّى لاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أحَدٍ وَلاَ
يَفْتَخِرُ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ (رواه
أبودود)
“Allah
mewahyukan supaya kamu sekalian bersifat tawadhu’ (rendah hati) dan janganlah
kamu berlaku kasar dan menyombongkan diri terhadap orang lain”(H.R. Abu Daud).
Menjadi mahasiswa bukan sekadar pandai dalam segi intelektualnya
tetapi juga pandai dalam segi akhlaknya terhadap siapa saja. Mahasiswa adalah
para pencari ilmu yang mengharapkan ridha ahli ilmu untuk bersedia membagi
ilmunya dengan ikhlas. Ahli ilmu itu bisa siapa saja, tak pandang usia bisa dosen,
teman sebaya, guru, bahkan anak kecil sekalipun. Memang seharusnya seorang yang
mencari ilmu harus memiliki sifat tawadhu’ terhadap orang yang akan membagi
ilmunya. Karena itu, Iman Al-Ghazali menjelaskan dalam kitabnya Ihya’
Ulumuddin, adab murid terhadap guru yang harus dimilikinya, supaya apa yang
akan dicita-citakan oleh murid akan berhasil dengan baik, adab murid terhadap
guru salah satu diantanya,
ان
لا يتكبر على العلم ولا يتأ مر على المعلم
“Seorang pelajar itu jangan
menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.”
Lalu bagaimana caranya kita bisa menjadi mahasiswa yang tawadhu’?
1.
Tidak
merasa memiliki dan dimiliki melainkan semuanya adalah hanya Allah Swt yang
Maha Memiliki.
2.
Sadar
bahwa kita dihargai/dihormati orang lain hanya karena Allah menutupi aib-aib
kita yang banyak. Jangan membohongi diri sendiri, merasa bangga dengan pujian
orang lain seolah-olah kita merasa benar bahwa diri kita seperti yang orang
lain puji itu.
3.
Tidak
melihat orang lain lebih rendah daripada kita Bisa jadi seorang pembantu rumah
tangga yang berpakaian lusuh, pekerjaannya mencuci piring, lebih mulia di sisi
Allah Swt daripada seorang majikan yang memakai perhiasan yang banyak,
menggunakan pakaian sutera, namun kelakuannya tidak memiliki nilai di mata
Allah Swt.
4.
Berani
mengakui kelebihan jasa, kemuliaan orang lain kepada kita Mengakui orang lain
yang mendapatkan anugerah atau kemuliaan, tidak merasa iri, juga mengakui bahwa
apa yang kita peroleh tak lepas dari jasa orang lain.
5.
Harus
ikhlas, jangan merasa sudah tawadhu Kalau ada orang yang melakukan sesuatu dan
merasa dirinya tidak layak melakukan sesuatu itu, sudah merupakan tanda bahwa
orang tersebut tidak tawadhu.
0 komentar:
Posting Komentar