|
SOCIAL RECONSTRUCTION
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Pengembangan Kurikulum
Oleh Kelompok 8 kelas 3A:
1.
Iswahyuni (D77214036)
2.
Tatik Nur Hidayah (D07214022)
3.
Hanik Hamdiyah (D07213014)
Dosen Pengampu:
Atmari, M.Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan petunjuk kemudahanNya, kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik, dan judul pada makalah ini
ialah “Social Reconstruction”.
Penyusunan dan penulisan makalah ini merupakan
salah satu kegiatan kami sebagai mahasiswa dalam rangka untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Dalam hal ini penulis berharap kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis untuk menyempurnakan
penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.
Dan penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pembimbing dan teman kelompok khususnya karena telah membantu
dalam penyusunan dan penulisan makalah ini.
Demikian pengantar dari penulis, kiranya
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Surabaya, 04 Nopember 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................ .ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Social Reconstruction............................................... 3
B. Karakteristik Social Reconstruction........................................... 5
C. Komponen Social Reconstruction.............................................. 6
D. Implementasi Social Reconstruction........................................... 7
BAB III SIMPULAN........................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 12
|
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ketika kita mendengar dan belajar tentang kurikulum, hal pertama
yang dapat digambarkan adalah suatu sistem pembelajaran. Selain dapat diartikan
sebagai dokumen, kurikulumjuga dapat diartikan sebagai beberapa sub mata pelajaran
yang harus dipenuhi untuk mendapat ijazah tertentu.
Dalam proses pendidikan, keberadaan kurikulum merupakan kedudukan
yang mempunyai posisi sntral sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan,
sihingga terdapat doktrin yang menyebutkan bahwa kurikulum harus terekam dan
tertulis secara sistematis yang mempunyai perencanaan dalam proses
pelaksanaannya.
Terkait dengan definisi kurikulum sendiri terdapat beberapa
pendapat dan hal tersebut disebabkan oleh karena timbulnya tanggung jawab
sekolah yang smakin beragam, sehingga pada saat ini guru atau pengajar
diharapkan dapat memberi tentang definisi kurikulum itu sendiri. Kurikulum
diidentikkan dengan mata pelajaran yang akan dan sedang diajarkan pada lembaga
pendidikan saat proses belajar mengajar., tetapi pada dasarnya kurikulum bukan
hanya menyangkut tentang mata pelajaran semata. Kurikulum juga dapat
meliputi kegiatan-kegiatan dalam dan
luar kelas yang tentunya dalam tanggungjawab sekolah, dapatjuga berupa sebuah pengalaman
yang dapat ditransfer kepada peserta didik saat terlaksananya kegiatan belajar
mengajar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian social
reconstruction?
2.
Bagaimana karakteristik social
reconstruction?
3.
Apa saja komponen social
reconstruction?
4.
Bagaimana implementasi social
reconstruction?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian social
reconstruction.
2.
Untuk mengetahui karakteristik social
reconstruction.
3.
Untuk mengetahui komponen social
reconstruction.
4.
Untuk mengetahui implementasi social
reconstruction.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Social
Reconstruction
Social dalam kamus bahasa Inggris diartikan sosial, kemasyarakatan
sedangkan reconstruction diartikan sebagai rekonstruksi, pembangunan
kembali.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia rekonstruksi berarti pengembalian
seperti semula; penggambaran kembali; pengulangan perbuatan atau peristiwa
seperti semula. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan khalayak, berkenaan
dengan masyarakat, berkenaan dengan umum, suka menolong, dan memperhatikan
orang lain.
Social reconstruction berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih
memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapinya dalam masyarakat.
Kurikulum ini juga sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial
masyarakat dan politik perkembangan ekonomi, contohnya masalah hak asasi, kaum
minoritas, masalah seks bebas, korupsi yang merajalela, masalah narkoba,
polusi, ledakan penduduk, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi,
perang dan damai, keadilan sosial, dan lain-lain.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama,
interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa
dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya, dan denga sumber belajar lainnnya. Melalui interaksi dan
kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi
sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai
melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan
antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan
dan konsep baru Yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah
sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya
tentang rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis seluruh warga
masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dan pembaharuan masyarakat.
Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah
bukan saja dapat membantu individu memperkembangkan kemampuan sosialnya, tetapi
juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan
sosial.
Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikuum ini mempuyai dua
kelompok yaitu “bersifat adaptif dan reformatoris”. Adaptif dimaksudkan agar
individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk
perubahan. Ia harus kuat fisik mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya.
Implikasinya adalah kurikulum harus berorientasi pada masalah-masalah kehidupan
sekarang yang bersifat realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, sosial,
politik, maupun hukum sehingga kelak di kemudian hari peserta didik mampu
menghadapinya, sedangkan kelompok reformis menginginkan agar ndividu tidak
hanya mampu menghadapi masalah-masalah
yang diingikan.
Menurut Oemar Hamalik, kurikulum rekonstruksi sosial merupakan
kurikulum yang sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan problematika sosial
masyarakat yang tidak hanya berpatok pada ilmu sosial saja, tetapi juga setiap
disiplin ilmu, dimana guru berperan dalam menghubungkan tujuan materi
pembelajaran dengan manfaat lokal, nasional, maupun internasional.
Pada rekonstruksi sosial tidak terlalu menekankan kebebasan
individu. Mereka ingin meyakinkan para siswanya bagaimana masyarakat membuat
warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan
pribadi warganya melalui konsensus sosial. Brameld juga ingn memberikan
keyakinan tentang pentingnya perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus
dicapai melalui prosedur demokrasi. Pada rekonstruksi sosial menentang
intimidasi, menakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial)
dan kerjasama atau bergotong royong untuk memecahkannya.
B.
Karekteristik Social
Reconstruction
Ada beberapa karakteristik dari desain social reconstruction diantaranya:
a)
Asumsi
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah mendapatkan para
siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi manusia. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan sosial,
yang perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi
psikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam, dan matematika. Masalah-masalah
masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
b)
Masalah-masalah sosial yang mendesak
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yag
mendesak. Masaah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertayaan, seperti: dapatkah
kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi
ancaman-ancaman yang dapat mengganggu integritas kemanusiaan. Dapatkah tata ekonomi
dan politik yang ada dibangun kembali agar setiap orang dapat memanfaatkan
sumber-sumber daya alam dan sumber daya manusia seadil mungkin.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengundang pengungkapan lebih mendalam, bukan
saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata
dalam masyarakat.
c)
Pola-pola organisasi
Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulm disusun
seperti sebuah roda. Di tengah-tengah sebagai poros dipilh sesuai masalah yang
menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan
sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan
kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum
menjadi sattu kesatuan sebagai bingkai.
C.
Komponen Social
Reconstruction
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen
diantaranya:
a)
Tujuan dan isi kurikulum
Tujuan program
pendidikan setiap tahun berubah. Dalam program pendidikan ekonomi-poitik,
umpamanya untukktahun pertama tujuannya membangun kembali dunia
ekonomi-politik. Kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1.
Mengadakan survei secara kritis
terhadap masyarakat
2.
mengadakan studi tentang hubungan
antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia.
3.
mengadakan studi tentang latar belakang
historis dan kecenderungan-
kecenderungan perkembangan ekonomi, hubungannya dengan ekonomi lokal.
4.
mengkaji praktik politik dalam
hubungannya dengan faktor ekonomi.
5.
menetapkan rencana prubahan praktik
politik
6.
mengevaluasi semua rencana dengan
kriteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar orang.
b)
Metode
Dalam
pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusah mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional denan tujuan siswa. Guru-guru
berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan
minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok-kelompok
berusaha memecahkan masalah sosial yang
dihadapainya. Kerjasama baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antarkelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metode rekonstruksi sosial.
Kerjasama ini terjadi pula antara para siswa dengan manusia sumber dari
masyarakat. Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada
kebergantungan antara seorang dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar tidak
ada kompetisi yang ada adalah kooperasi atau kerjasama, saling pengertian dan
konsensus. Anak-anak sejak sekolah dasar pun diharuskan turut serta dalam
survei kemasyarakatan serta keggiatan-kegiatan lainnya. Untuk kelas-kelas
tinggi selain mereka dihadapkan kepada situasi nyata juga mereka memperkenalkan
dengan situasi-situasi ideal. Dengan hal itu diharapkan para siswa dapat
menciptakan model-model kasar dari situasi yang akan datang.
c)
Evaluasi
Dalam kegiatan
evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan
diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasa isinya, juga
keampuhan menilai pencapaian tujuan- tujuan pembangunan masyarakat yang
sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai
siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah teradap masyarakat.
Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan perkembangan
masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Evaluasi dalam
kurikulum rekonstruksi sosial mencakup spektrum yang luas, yaitu kemampuan
peserta didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah,
pendefinisian kembali pandangan mereka tentang dunia, dan kemauan mengambil
tindakan atas suatu ide. Di samping itu,
peserta didik diharapkan dapat menilai pembelajaran mandiri yang sudah
dilakukan untuk melihat apa yang sudah mereka pelajari.
D.
Implementasi Social
Reconstruction
Kurikulum
ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional yang menekankan interaksi
dan kerjasama antarsiswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Menurut pemahaman kurikulum rekonstruksi sosial bahwa kepentingan sosial harus
dietakkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Asumsinya adalah (a)
perubahan sosial adalah tanggung jawab masyarakat, dan (b) masih ada
kesenjangan antara kurikulum dengan masysrakat. Sekolah merupakan institusi
pendidikan yang memiliki peran strategis, yaitu sebagai agen perubahan sosial (agent
of social change). Tujuan kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan
siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka dikembangkanlah proses pembelajaran yang
berorientasi pada masalah-masalah sosial yang memang dianggap urgen. Pendekatan
pembelajaran lebih banyak menggunakan pendekatan tematik, yaitu menentukan tema
pokok yang dikembangkan menjadi beberapa topik. Setiap topik dibahas dari
berbagai disiplin ilmu melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, latihan,studi
lapangan, dan lain-lain.
Sesuai
topik masing-masing, siswa bekerja sama memecahkan masalah-masalah sosial, baik
dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas. Apabila terdapat
masalah-masalah yang sulit dipahami, siswa dapat menanyakan pada gurunya atau
mencari sumber lain. Pada prinsipnya, kurikulum ini menghendaki adanya kerja
sama dalam kegiatan belajar, saling menghargai, suasana yang kondusif, siswa
turut serta memilh, menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Sasaran
evaluasi tidak hanya terfokus pada tingkat penguasaan siswa, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah bagaimana dampak kegiatan sekolah terhadap perubahan
masyarakat.
Kurikulum rekonstrusi sosial dapat terjadi ketika para orang tua
dan masyarakat terlibat dalam mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial.
Sebaliknya, kurikulum ini akan sulit diimplementasikan pada negara yang
berkonstelasi politik status quo.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta
didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan. Para pendukung
kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan
“pengetahuan sosial” saja. Tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk ekonomi,
kimia, matematika, dan lain-lain.
Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun
praktik pengajaran rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak
membantu pengembangan daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan
dan keterbelakangan mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization).
Conscientization merupakan suatu proses pendidikan atau pengajaran di
mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang
aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang realitas
sosial budaya dan dengan kemampuan berupaya mengubah dan meningkatkannya.
Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk
melihat dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi, meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan gerakan concientization mereka
membantu masyarakat memahami fakta-fakta dan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam konteks kondisi masyarakat mereka. Keterbatasan dan potensi yang mereka
miliki. Bertolak dari kenyataan-kenyataan tersebut mereka membina diri dan
membangun masyarakat.
Harold G.Shane seeorang profesor dari Universitas Indiana Amerika
Serikat, mewakili teman-temannya para Futurolog menggunakan perencanaan masa
yang akan datang (future planning) sebagai dasar penyusun kurikulum. Ia
menggalakkan perencanaan masa akan datang. Shane menegaskan peranan individu
dalam menemukn masa depannya sendiri, mereka tidak dapat melepaskan diri dari
perkembangan tetapi harus menyesuaikannya.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari
kecenderungan (trend) perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan
teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan
masyarakat. Kecendrungan lain adalah perkembangan ekonomi, politik, sosial dan
budaya. Dalam perkembagan sosial yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah
perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun dalam interaksinya dengan
yang lain. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan-kecenderungan
tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan
problem sosial dan kebijaksanaan sosial diperlukan musyawarah dengan
masyarakat.
Para ahli kurikulum yang berorientasi ke masa depan menyarankan
agar kurikulum difokuskan pada: penggalian sumber-sumber alam dan bukan alam,
populasi, kesejahteraan masyarakat, masalah air, akibat pertambahan penduduk,
ketidakseragaman pemanfaatan
sumber-sumber alam dan lain-lain.
Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada
kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya
tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus
pedidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum
(pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan
dan masalah-masalah sosial berbeda. Kemampuan warga unrtuk ikut serta dalam
pemecahan masalah juga bervariasi.
Masyarakat setiap negara atau daerah mempunyai tingkat sosial dan
ekonomi yang berbeda. Apabila ada masyarakat yang tergolong “ketinggalan” atau
“kurang maju” dan tingkat ekonominya juga belum memadai, maka konsep kurikulum
rekonstruksi sosial sangat tepat digunakan karena tujuan utam kurikulum ini
adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada
dalam masyarakat. Siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam
masyarakat kemudian dipelajari di sekolah untuk diberi solusi. Semua biaya yang
dibutuhkan sepenuhnya dibantu oleh pemerintah. Setiap daerah tentu mempunyai
potensi yang berbeda, karena itu bidang garapan kurikulum disetiap daerah juga
berbeda. Ada sekolah yang mengembangkan potensi pertanian, ada juga yang
mengembangkan peternakan, perikanan, pariwisata dan sebagainya.
BAB III
SIMPULAN
1.
Social dalam kamus
bahasa Inggris diartikan sosial, kemasyarakatan sedangkan reconstruction
diartikan sebagai rekonstruksi, pembangunan kembali. Social reconstruction
adalah kurikulum yang memusatkan perhatian pada problem-problem yang
dihadapinya dalam masyarakat.
2.
Ada beberapa karakteristik
dari desain social reconstruction diantaranya: (a) Asumsi seperti Masalah-masalah
masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum (b)
Masalah-masalah sosial yang mendesak kehidupan seperti sekarang ini memberikan
kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang dapat mengganggu integritas
kemanusiaan. (c)Pola-pola organisasi. pola organisasi kurikulm disusun seperti
sebuah roda. Di tengah-tengah sebagai poros dipilh sesuai masalah yang menjadi
tema utama dan dibahas secara pleno.
3.
Kurikulum rekonstruksi sosial
memiliki komponen-komponen diantaranya: (a) Tujuan dan isi kurikulum. tujuannya
membangun kembali dunia ekonomi-politik. (b) Metode. Dalam kegiatan belajar
tidak ada kompetisi yang ada adalah kooperasi atau kerjasama, saling pengertian
dan konsensus (pesetujuan). (c) Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa
juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan
menilai bahan yang akan diujikan.
4.
Implementasi Social
Reconstruction sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong
belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini
diarahkan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan mereka. sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah
mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah
sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian umpamanya
sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industri
mengembangkan bidang-bidang industri.
DAFTAR
PUSTAKA