Rabu, 30 Desember 2015

Komitmen Guru Profesional dalam Perspektif Islam


Komitmen Guru Profesional dalam Perspektif Islam

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan
uin sas.jpg
Disusun oleh kelompok 7:
Kelas 3 A
1.      Hanik Hamdiyah                   (D07213014)
2.      Fatma Muslikawati               (D77214032)
3.      Ismiatul Chasanah                (D77214034)

Potensi Membaca Anak SD/MI


Potensi Membaca Anak SD/MI

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
uin sas.jpg

Disusun oleh kelompok 6:
Kelas 3 A
1.      Hanik Hamdiyah                   (D07213014)
2.      Laili Umi Farihah                 (D07214009)
3.      Syarifah Nadiyah                  (D07214021)
4.      Munadiyal Jannah                (D77214040)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN


KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran

uin sas.jpg

Disusun oleh kelompok 1:
Kelas 3 A
1.      Hanik Hamdiyah                     (D07213014)
2.      Izzah Riyatna Khamidiyah     (D07214006)
3.      Rohmah Aprilia                       (D07214016)
4.      Ahmad Daimil Ichsan             (D07214027)

Dosen pengampu:
Drs. Nadlir, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

SOCIAL RECONSTRUCTION


SOCIAL RECONSTRUCTION

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum


Oleh Kelompok 8 kelas 3A:

1.      Iswahyuni                                    (D77214036)
2.      Tatik Nur Hidayah         (D07214022)
3.      Hanik Hamdiyah             (D07213014)

Dosen Pengampu:
Atmari, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan petunjuk kemudahanNya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik, dan judul pada makalah ini ialah Social Reconstruction”.
Penyusunan dan penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan kami sebagai mahasiswa dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Dalam hal ini penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis untuk menyempurnakan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Dan penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman kelompok khususnya karena telah membantu dalam penyusunan dan penulisan makalah ini.
 Demikian pengantar dari penulis, kiranya makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.






Surabaya, 04 Nopember   2015
Penulis,
  



DAFTAR ISI

COVER................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................ .ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Social Reconstruction............................................... 3
B.     Karakteristik Social Reconstruction........................................... 5
C.     Komponen Social Reconstruction.............................................. 6
D.    Implementasi Social Reconstruction........................................... 7

BAB III SIMPULAN........................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 12









BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                     
A.    Latar Belakang
Ketika kita mendengar dan belajar tentang kurikulum, hal pertama yang dapat digambarkan adalah suatu sistem pembelajaran. Selain dapat diartikan sebagai dokumen, kurikulumjuga dapat diartikan sebagai beberapa sub mata pelajaran yang harus dipenuhi untuk mendapat ijazah tertentu.
Dalam proses pendidikan, keberadaan kurikulum merupakan kedudukan yang mempunyai posisi sntral sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, sihingga terdapat doktrin yang menyebutkan bahwa kurikulum harus terekam dan tertulis secara sistematis yang mempunyai perencanaan dalam proses pelaksanaannya.
Terkait dengan definisi kurikulum sendiri terdapat beberapa pendapat dan hal tersebut disebabkan oleh karena timbulnya tanggung jawab sekolah yang smakin beragam, sehingga pada saat ini guru atau pengajar diharapkan dapat memberi tentang definisi kurikulum itu sendiri. Kurikulum diidentikkan dengan mata pelajaran yang akan dan sedang diajarkan pada lembaga pendidikan saat proses belajar mengajar., tetapi pada dasarnya kurikulum bukan hanya menyangkut tentang mata pelajaran semata. Kurikulum juga dapat meliputi  kegiatan-kegiatan dalam dan luar kelas yang tentunya dalam tanggungjawab sekolah, dapatjuga berupa sebuah pengalaman yang dapat ditransfer kepada peserta didik saat terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian social reconstruction?
2.      Bagaimana karakteristik social reconstruction?
3.      Apa saja komponen social reconstruction?
4.      Bagaimana implementasi social reconstruction?

Text Box: 1


C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian social reconstruction.
2.      Untuk mengetahui karakteristik social reconstruction.
3.      Untuk mengetahui komponen social reconstruction.
4.      Untuk mengetahui implementasi social reconstruction.



























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Social Reconstruction
Social dalam kamus bahasa Inggris diartikan sosial, kemasyarakatan sedangkan reconstruction diartikan sebagai rekonstruksi, pembangunan kembali.[1]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia rekonstruksi berarti pengembalian seperti semula; penggambaran kembali; pengulangan perbuatan atau peristiwa seperti semula. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum, suka menolong, dan memperhatikan orang lain.
Social reconstruction berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini juga sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi, contohnya masalah hak asasi, kaum minoritas, masalah seks bebas, korupsi yang merajalela, masalah narkoba, polusi, ledakan penduduk, kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial, dan lain-lain.[2]
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan denga sumber belajar lainnnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Text Box: 3

Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep baru Yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dan pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu memperkembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikuum ini mempuyai dua kelompok yaitu “bersifat adaptif dan reformatoris”. Adaptif dimaksudkan agar individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk perubahan. Ia harus kuat fisik mental dalam mempertahankan dinamika hidupnya. Implikasinya adalah kurikulum harus berorientasi pada masalah-masalah kehidupan sekarang yang bersifat realistik, baik yang berkenaan dengan ekonomi, sosial, politik, maupun hukum sehingga kelak di kemudian hari peserta didik mampu menghadapinya, sedangkan kelompok reformis menginginkan agar ndividu tidak hanya  mampu menghadapi masalah-masalah yang diingikan.[3]
Menurut Oemar Hamalik, kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum yang sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan problematika sosial masyarakat yang tidak hanya berpatok pada ilmu sosial saja, tetapi juga setiap disiplin ilmu, dimana guru berperan dalam menghubungkan tujuan materi pembelajaran dengan manfaat lokal, nasional, maupun internasional.[4]
Pada rekonstruksi sosial tidak terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan para siswanya bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus sosial. Brameld juga ingn memberikan keyakinan tentang pentingnya perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur demokrasi. Pada rekonstruksi sosial menentang intimidasi, menakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan kerjasama atau bergotong royong untuk memecahkannya.

B.     Karekteristik Social Reconstruction
Ada beberapa karakteristik dari desain social reconstruction diantaranya:[5]
a)      Asumsi
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah mendapatkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan sosial, yang perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi psikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam, dan matematika. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum. 
b)      Masalah-masalah sosial yang mendesak
Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yag mendesak. Masaah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertayaan, seperti: dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang dapat mengganggu integritas kemanusiaan. Dapatkah tata ekonomi dan politik yang ada dibangun kembali agar setiap orang dapat memanfaatkan sumber-sumber daya alam dan sumber daya manusia seadil mungkin. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengundang pengungkapan lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
c)      Pola-pola organisasi
Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulm disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengah sebagai poros dipilh sesuai masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi sattu kesatuan sebagai bingkai.




C.    Komponen Social Reconstruction
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen diantaranya:[6]
a)      Tujuan dan isi kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Dalam program pendidikan ekonomi-poitik, umpamanya untukktahun pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik. Kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
1.      Mengadakan survei secara kritis terhadap masyarakat
2.      mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia.
3.      mengadakan studi tentang latar belakang historis  dan kecenderungan- kecenderungan perkembangan ekonomi, hubungannya dengan ekonomi lokal.
4.      mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi.
5.      menetapkan rencana prubahan praktik politik
6.      mengevaluasi semua rencana dengan kriteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian  besar orang.
b)      Metode
Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusah mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional denan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok-kelompok berusaha  memecahkan masalah sosial yang dihadapainya. Kerjasama baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun antarkelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metode rekonstruksi sosial. Kerjasama ini terjadi pula antara para siswa dengan manusia sumber dari masyarakat. Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, ada kebergantungan antara seorang dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar tidak ada kompetisi yang ada adalah kooperasi atau kerjasama, saling pengertian dan konsensus. Anak-anak sejak sekolah dasar pun diharuskan turut serta dalam survei kemasyarakatan serta keggiatan-kegiatan lainnya. Untuk kelas-kelas tinggi selain mereka dihadapkan kepada situasi nyata juga mereka memperkenalkan dengan situasi-situasi ideal. Dengan hal itu diharapkan para siswa dapat menciptakan model-model kasar dari situasi yang akan datang.
c)      Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasa isinya, juga keampuhan menilai pencapaian tujuan- tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah teradap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Evaluasi dalam kurikulum rekonstruksi sosial mencakup spektrum yang luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan mereka tentang dunia, dan kemauan mengambil tindakan atas suatu ide. Di samping itu,  peserta didik diharapkan dapat menilai pembelajaran mandiri yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah mereka pelajari.[7]


D.    Implementasi Social Reconstruction

Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional yang menekankan interaksi dan kerjasama antarsiswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum rekonstruksi sosial bahwa kepentingan sosial harus dietakkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Asumsinya adalah (a) perubahan sosial adalah tanggung jawab masyarakat, dan (b) masih ada kesenjangan antara kurikulum dengan masysrakat. Sekolah merupakan institusi pendidikan yang memiliki peran strategis, yaitu sebagai agen perubahan sosial (agent of social change). Tujuan kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dikembangkanlah proses pembelajaran yang berorientasi pada masalah-masalah sosial yang memang dianggap urgen. Pendekatan pembelajaran lebih banyak menggunakan pendekatan tematik, yaitu menentukan tema pokok yang dikembangkan menjadi beberapa topik. Setiap topik dibahas dari berbagai disiplin ilmu melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, latihan,studi lapangan, dan lain-lain.
Sesuai topik masing-masing, siswa bekerja sama memecahkan masalah-masalah sosial, baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas. Apabila terdapat masalah-masalah yang sulit dipahami, siswa dapat menanyakan pada gurunya atau mencari sumber lain. Pada prinsipnya, kurikulum ini menghendaki adanya kerja sama dalam kegiatan belajar, saling menghargai, suasana yang kondusif, siswa turut serta memilh, menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Sasaran evaluasi tidak hanya terfokus pada tingkat penguasaan siswa, tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana dampak kegiatan sekolah terhadap perubahan masyarakat.[8]
Kurikulum rekonstrusi sosial dapat terjadi ketika para orang tua dan masyarakat terlibat dalam mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial. Sebaliknya, kurikulum ini akan sulit diimplementasikan pada negara yang berkonstelasi politik status quo.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan “pengetahuan sosial” saja. Tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk ekonomi, kimia, matematika, dan lain-lain.[9]
Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun praktik pengajaran rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantu pengembangan daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization). Conscientization merupakan suatu proses pendidikan atau pengajaran di mana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi sebagai pelajar yang aktif. Mereka berusaha membuka diri, memperluas kesadaran tentang realitas sosial budaya dan dengan kemampuan berupaya mengubah dan meningkatkannya.
Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan gerakan concientization mereka membantu masyarakat memahami fakta-fakta dan masalah-masalah yang dihadapinya dalam konteks kondisi masyarakat mereka. Keterbatasan dan potensi yang mereka miliki. Bertolak dari kenyataan-kenyataan tersebut mereka membina diri dan membangun masyarakat.
Harold G.Shane seeorang profesor dari Universitas Indiana Amerika Serikat, mewakili teman-temannya para Futurolog menggunakan perencanaan masa yang akan datang (future planning) sebagai dasar penyusun kurikulum. Ia menggalakkan perencanaan masa akan datang. Shane menegaskan peranan individu dalam menemukn masa depannya sendiri, mereka tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan tetapi harus menyesuaikannya.
Shane menyarankan para pengembang kurikulum, agar mempelajari kecenderungan (trend) perkembangan. Kecenderungan utama adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan perkembangan masyarakat. Kecendrungan lain adalah perkembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dalam perkembagan sosial yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun dalam interaksinya dengan yang lain. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kecenderungan-kecenderungan tersebut diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu. Dalam pemecahan problem sosial dan kebijaksanaan sosial diperlukan musyawarah dengan masyarakat.
Para ahli kurikulum yang berorientasi ke masa depan menyarankan agar kurikulum difokuskan pada: penggalian sumber-sumber alam dan bukan alam, populasi, kesejahteraan masyarakat, masalah air, akibat pertambahan penduduk, ketidakseragaman  pemanfaatan sumber-sumber alam dan lain-lain.
Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pedidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah sosial berbeda. Kemampuan warga unrtuk ikut serta dalam pemecahan masalah juga bervariasi.[10]
Masyarakat setiap negara atau daerah mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang berbeda. Apabila ada masyarakat yang tergolong “ketinggalan” atau “kurang maju” dan tingkat ekonominya juga belum memadai, maka konsep kurikulum rekonstruksi sosial sangat tepat digunakan karena tujuan utam kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Siswa mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat kemudian dipelajari di sekolah untuk diberi solusi. Semua biaya yang dibutuhkan sepenuhnya dibantu oleh pemerintah. Setiap daerah tentu mempunyai potensi yang berbeda, karena itu bidang garapan kurikulum disetiap daerah juga berbeda. Ada sekolah yang mengembangkan potensi pertanian, ada juga yang mengembangkan peternakan, perikanan, pariwisata dan sebagainya.[11]





BAB III
SIMPULAN

1.      Social dalam kamus bahasa Inggris diartikan sosial, kemasyarakatan sedangkan reconstruction diartikan sebagai rekonstruksi, pembangunan kembali. Social reconstruction adalah kurikulum yang memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapinya dalam masyarakat.
2.      Ada beberapa karakteristik dari desain social reconstruction diantaranya: (a) Asumsi seperti Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum (b) Masalah-masalah sosial yang mendesak kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang dapat mengganggu integritas kemanusiaan. (c)Pola-pola organisasi. pola organisasi kurikulm disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengah sebagai poros dipilh sesuai masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
3.      Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen diantaranya: (a) Tujuan dan isi kurikulum. tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik. (b) Metode. Dalam kegiatan belajar tidak ada kompetisi yang ada adalah kooperasi atau kerjasama, saling pengertian dan konsensus (pesetujuan). (c) Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4.      Implementasi Social Reconstruction sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk  meningkatkan kondisi kehidupan mereka. sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan peternakan, di daerah industri mengembangkan bidang-bidang industri.
Text Box: 11



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
M.Echols, John dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Nasution,  S. 1995. Kurikulum Pengajaran. Jakara. Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung. PT Remaja Posdakarya.
12
 
 



[1] John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), cet ke-27, hlm 538 dan 471.
[2] S. Nasution, Kurikulum Pengajaran, (Jakara: Bumi Aksara, 1995), cet. II, hlm. 47.
[3] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet ke-3, hlm.129-132.
[4] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), cet. V, hlm. 146.
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2013),  cet ke-16, hlm. 92-93.
[6] Ibid., hlm. 93-94.
[7] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), cet. V, hlm. 147.
[8] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, hlm.129-132.
[9] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, hlm. 146.
[10] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,hlm. 94-95.
[11] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, hlm.129-132.
 

Mengharap Ampunan-Mu Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Gossip Celebrity Flower Image by Dapino