Ibuku adalah orang yang paling
berharga dalam hidupku, beruntung sekali aku dilahirkan dari sosok wanita yang
sholihah dan penyabar seperti beliau. Semenjak kecil, usia 6 tahun ibuku sudah
menjadi anak piatu, beliau adalah anak terakhir dari 13 bersaudara. Mbah utsman
(abah ibukku) menikah istri pertama melahirkan 9 orang anak, lalu menikah lagi
melahirkan 3 orang anak, ibuku dilahirkan dari istri kedua mbah ustman. Kemudian
mbah utsman menikah lagi, tapi tidak mendpatkan keturunan. Sejak kecil, ibuku
sudah merasakan kerasnya hidup, merantau menimba ilmu dengan berjalan kaki.
Mbah utsman,
adalah seorang yang sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya dalam urusan
agama. Pernah suatu ketika ibuku bercerita padaku, “kamu sekarang enak hen,
dibolehin belajar apa saja, kalau dulu ibuk sebagai anak perempuan dilarang
keras oleh mbah utsman belajar berenang, ibuk sembunyi-sembunyi belajar
berenang di kali”. Mungkin karena itu ibu tidak pernah memaksakan kehendaknya
dalam menuntut ilmu apa saja, asal dalam mendalaminya harus bersungguh-sungguh.
Ibuku adalah
orang yang sangat penyayang terhadap anak-anaknya, ibu tidak pernah mengizinkan
anaknya terluka hatinya. Sangat perhatian dalam segala hal, “sudah makan belum?”
“ayo sholat jama’ah!” “pergi kemana?, sama siapa?, pulangnya jangan kemalaman!”,
dan masih banyak lagi. Kalau saat aku kuliah, ibu tidak pernah bertanya padaku
kapan pulang, ibu selalu mengingatkanku, “jangan lupa sholatnya, ngajinya”. Aku
baru tahu kenapa ibu tidak pernah menanyakan kapan pulang padaku atau bilang
rindu padaku, karena katanya “lapo ibu kangen, anake nuntut ilmu kok dikangen”
Saat di rumah,
tak pernah aku melihat ibu memakan makanan enak, padahal mbak-mbak lagi memasak
makanan enak. Ibu hanya bilang “gak suka, masih enakan makanan ini”, padahal
makanan yang ibu pilih bukanlah makanan yang sehat, berkali-kali aku, dan
kakak-kakakku menasehatinya baik-baik, tapi ibu tidak pernah mendengarkannya. Aku
hanya bisa mendoakan semoga ibu sehat dan di beri umur yang panjang. Setiap kali
ada berkat dari pengajian dan saat semua orang sudah tertidur, ibu selalu
mengambil makanan yang mungkin aku akan memakannya dan menaruhnya di kamarku
tanpa sepengetahuanku. Paginya aku hanya tersenyum, melihat makanan yang
tiba-tiba ada di meja dan berucap “terimakasih ibu”. Aku selalu berusaha
menyenangkan hati ibu, meskipun terkadang aku kelelahan tapi aku tak bisa
menolak apa yang ibu minta. Minta tolong dipijitin, dibeliin sesuatu di toko,
dan lain-lain. Karena aku sangat mencintai dan menyayangi beliau, lelahku
takkan sebanding dengan lelah ibuku melahirkan, merawat, dan mendidikku hingga
aku tumbuh besar sampai sekarang tanpa suatu kurang apapun.
Ibuku, adalah
malaikatku. Bisa dibilang aku ini anak yang manja terhadap ibuku, di usiaku
yang sudah 19 tahun, aku terkadang minta ditemani ibu tidur. Karena aku sadar,
bahwa orang yang sangat aku cintai kelak akan pergi. Ibu maafkan anakmu ini,
yang banyak salah dan dosa, yang belum bisa membuatmu bahagia. Tapi aku akan
berusaha dan berdoa agar Allah bisa membahagiakan engkau di Surga-Nya. Aku mencintaimu
ibu. :’*