Pada
hakikatnya hidup dan mati manusia adalah ujian. Dunia adalah musim untuk
menanam dan akhirat adalah musim untuk memanen. Dunia adalah negeri untuk
beramal dan akhirat adalah negeri untuk memetik hasilnya. Barang siapa yang
ketika hidup di dunia banyak beramal baik, maka surga menjadi tempat baginya di
akhirat kelak. Begitu juga sebaliknya, barang siapa yang ketika hidup di dunia
banyak beramal jelek, maka tidak ada pembalasan melainkan seimbang dengan apa
yang telah ia perbuat.
Seorang
muslim yang memahami hakikat ini akan sadar, bahwasanya semua aktifitas yang ia
lakukan adalah sebuah ujian. Apapun yang menimpanya, entah suatu kebaikan atau
keburukan, kelebihan atau kekurangan, keberhasilan atau kegagalan, maka semua
itu hanya ujian yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Allah SWT ingin
melihat, apakah hamba_Nya tersebut berhasil dalam menjalani ujian ini atau
gagal didalamnya. Dalam Al Qur’an Allah SWT telah berfirman:
Artinya : “Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Al-Mulk: 2)
Untuk
memperoleh keberhasilan dalam menghadapi ujian tersebut, seorang muslim harus
menyadari betul, bahwa ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba_Nya
yang beriman jauh berbeda dengan ujian yang ditimpakan kepada orang-orang
kafir. Orang mukmin akan mendapatkan ujian yang jauh lebih berat, musuh yang
dihadapi sangat banyak, cobaan dan rintangan yang harus dihadapi sangat
variatif dan berlapis. Jika orang kafir hanya mempunyai satu musuh, yaitu orang
yang beriman, maka orang mukmin memiliki musuh yang lebih dari satu. Setidaknya
seorang mukmin mempunyai 5 musuh dalam hidupnya. Musuh-musuh tersebut adalah:
- Setan yang selalu
menjerumuskannya
- Hawa nafsu yang selalu
menggodanya
- Orang-orang kafir yang selalu
memeranginya
- Orang-orang munafik yang
senantiasa mengintainya
- Orang-orang Islam lain yang
hasud/dengki kepadanya
Adapun orang
kafir, maka semua musuh orang mukmin di atas bisa menjadi temannya. Mereka
menjadikan setan sebagai pemimpin, hawa nafsu sebagai Tuhan, orang kafir
lainnya sebagai sekutu, dan orang munafik sebagai teman dekatnya. Dengan
demikian, seorang mukmin harus menyadari ketika memilih keimanan sebagai jalan
hidup, maka konsekuensinya adalah cobaan dan rintangan yang berat sudah pasti
ada di sepanjang hidupnya. Pada umumnya seorang mukmin tentu sudah mengetahui,
kalau tidak ada kata malas untuk menjadi orang kaya, tidak ada rasa putus asa
untuk menjadi orang pandai, apalagi untuk menjadi orang mulia di sisi Allah
SWT, tentu tidak ada jalan yang mudah dan mulus. Semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang, maka semakin tinggi dan berat pula ujian yang dipikulnya.
Dan jika Allah SWT menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Allah SWT akan
menguji mereka. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.
Al-Ankabut: 2-3)
Salah satu
dari sekian bentuk ujian yang harus dihadapi oleh setiap mukmin adalah
banyaknya fitnah kehidupan di akhir jaman. Rasulullah sendiri mengkhabarkan
bahwa nasib orang-orang beriman di akhir jaman nanti bagai para penggenggam
bara. Jika bara tersebut itu dilepas, maka ia akan padam, namun jika tetap
digenggam, maka tangnnya akan terbakar.
Ini merupakan
sebuah gambaran dan peringatan penting. Banyak manusia yang tidak mampu menahan
ujian dan cobaan sehingga mengakhibatkan mereka murtad, dan yang demikian
merupakan tanda dekatnya akhir jaman. Untuk sekala lokal, barangkali yang
paling nyata adalah fenomena kesulitan hidup, kemiskinan, kesengsaraan yang
membuat seseorang dengan mudah menukar agamanya. Manusia yang tidak memiliki
kualitas iman dan kesabaran yang tinggi, sangat mungkin merubah imannya dalam
bilangan hari. Allah berfirman dalam Al Qur’an:
Artinya: “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)”. (QS. Al-Baqoroh:
155-156)
Selain
menguji dengan permasalahan di atas, Allah SWT juga menguji manusia dengan cara
yang lain, yakni dengan menjadikan dunia tampak menggiurkan. Menjadikan
kekusaan bagaikan candu, wanita hanya sebagai pemuas nafsu, bergelimang harta,
dan serba kecukupan. Dengan demikian, seseorang akan semakin buta dan tuli atas
anugrah yang Allah SWT berikan. Mereka tidak sadar kalau semua itu hanya ujian
belaka.
Beruntunglah
bagi umat manusia yang senantiasa sabar, mereka pasti mampu melawati kehidupan
yang penuh dengan ujian dan cobaan ini. Mereka akan diangkat derajatnya oleh
Allah SWT menjadi makhluk yang mulia di sisi_Nya. Sebaliknya, celakalah bagi
umat manusia yang gagal dalam menjalankan ujian tersebut. Mereka akan menjadi
makhluk yang hina dan jauh dari Allah SWT. Akan tetapi perlu diperhatikan,
keberhasilan seseorang dalam menghadapi ujian tidak lain hanyalah berkat pertolongan
dari Allah SWT. Ujian dan cobaan yang berat tersebut akan terasa lebih ringan
ketika seseorang menjadikan Allah SWT sebagai sandaran dalam hidupnya.
Akhir dari tulisan ini, penulis mengajak kepada
para seluruh pembaca, untuk senantiasa memohon ampun kepada Allah SWT serta
memohon pertolongan agar diberi kekuatan dan kesabaran untuk menghadapi ujian
dan fitnah kehidupan ini. Wallahu a’lam bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar