Potensi Membaca
Anak SD/MI
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik
Disusun oleh
kelompok 6:
Kelas 3 A
1.
Hanik Hamdiyah (D07213014)
2.
Laili Umi Farihah (D07214009)
3.
Syarifah Nadiyah (D07214021)
Dosen Pengampu:
M. Bahri
Musthofa, M.Pd.I M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, pada saat ini, sampai dengan kesempatan ini tiada
kata yang pantas terucap, tiada kalimat yang patut terungkap, selain untaian
persembahan syukur Puja Allah SWT, Tuhan Seluruh Alam yang telah memberikan begitu banyak limpahan rahmat, anugerah
dan karunia-Nya yang begitu luar biasa kepada kita sehungga kami masih bisa
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa kita senandungkan dengan syahdunya
kepada sang pembawa risalah indah ini, Rasulullah SAW. Serta kita selaku
umatnya yang InsyaAllah setia hingga akhir zaman. Amin.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Potensi Membaca Anak
SD/MI”. Kami sadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan, baik
dari isi maupun dalam hal penyampaiannya. Untuk itu kami memohon maaf dan
maklum serta selalu mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca yang budiman serta dosen pembimbing yang bijak.
Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini bisa bermanfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi rekan-rekan semua dan semoga dapat
menambah khazanah keilmuan kita. Amin.
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II POTENSI
MEMBACA ANAK SD/MI............................................................. 3
A.
Definisi
Membaca................................................................................................. 3
B.
Tahap-tahap
Perkembangan Membaca Anak SD/MI............................................ 3
C.
Prinsip-prinsip
Pengajaran Membaca Anak SD/MI............................................... 4
D.
Tahapan-tahapan
Membaca Anak SD/MI............................................................. 6
BAB III SIMPULAN........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam surat al-alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat di atas menyebutkan perintah membaca sebanyak dua kali.
Yakni dengan menggunakan kata إِقْرَءْ (kata perintah: bacalah). Ayat diatas
menunjukkan bahwa membaca merupakan syarat pertama bagi keberhasilan manusia.
Tidak mengherankan jika membaca menjadi tuntutan pertama yang dibeikan Allah
kepada umat manusia. Namun sangat disayangkan, mayoritas umat Islam yang
terkait laangsung dengan perintah ini masih rendah dalam meralisasikannya.
Khusus di bidang membaca, International Education Achievement (IEA)
melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa anak SD Indonesia berada pada urutan
38 dari 39 negara yang disurvei.[1]
Keterampilan membaca (dan menulis) merupakan modal utama bagi
seorang siswa. Dengan bekal kemampuan tersebut, siswa dapat mempelajari ilmu
lain, dapat mengkomunikasikan gagasannya, dan dapat mengekspresikan dirinya.
Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang
fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun
untuk menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
definsi membaca?
2.
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan membaca anak SD/MI?
3.
Bagaimana
prinsip-prinsip membaca anak SD/MI?
4.
Bagaimana
tahap-tahap membaca anak SD/MI?
C. Tujuan
1. Bagaimana definsi membaca?
2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan membaca anak SD/MI?
3. Bagaimana prinsip-prinsip membaca anak SD/MI?
4. Bagaimana tahap-tahap membaca anak SD/MI?
BAB II
POTENSI MEMBACA ANAK SD/MI
A.
Definisi Membaca
Menurut
Syafi’ie (1999:7), Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat
fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik, peranan indra visual, pembaca
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya. Denga proses
itu rangkaian tulisan yang dibaca, menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa
dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Disamping itu
pembaca juga mengamati berbagai macam tanda baca . proses fisik dalam membaca
berlanjut denngan proses psikologi berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.
Proses psikologi
itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan
ke pusat kesadaran mmelalui sistem syaraf. Melalui proses dekoding berlangsung
gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan,
dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan knowledge
of the world dalam skema yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan
pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. [2]
B.
Tahap-tahap Perkembangan Membaca anak SD/MI
1.
Tahapan
0 rentang usia mulai lahir sampai dengan tingkat kelas 1
Anak-anak menguasai prasyarat-prasyarat untuk membaca. Banyak anak
mempelajari gerak membaca kiri-kanan dan tatanan membaca, bagaimana
mengidentifikasi huruf-huruf dan alfabet, serta bagaimana menulis nama mereka. banyak
anak belajra membaca kata-kata yang muncul di rambu-rambu jalan. Sebagai akibat
dari acara TV seperti sesama-dan program-program prasekolah dan taman
kanak-kanak, banyak anak belia telah memiliki kemampuan membaca pada usia lebih
awal daripada anak-anak di masa lampau.
2.
Tahapan
1 yaitu tingkat kelas 1 dan 2
Pada tingkat ini, anak mulai belajar mambaca. Dengan melakukannya,
mereka juga memperoleh kemampuan membunyikan kata-kata (menerjemahkan
huruf-huruf menjadi bunyi dan mencampur bunyi menjadi kata-kata). Mereka juga
melengkapi pembelajaran mereka dengan nama-nama dan bunyi huruf.
3.
Tahapan 2 yaitu tingkat kelas 2 dan 3
Anak menjadi lebih lancar dalam mengulang tiap-tiap kata dan
keahlian membaca yang lain. akan tetapi, pada tahapan ini, membaca belum
digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Tuntutan membaca akan menguras
stamina anak-anak pada tahapan ini sehinga mereka umumnya kelelahan sebelum
menyerap inti sari bacaan.
4.
Tahapan
3 yaitu tingkat kelas 4 hingga 8
Pada tingkat 4 hingga 8, anak menjadi lebih mampu memperoleh
informasi dari media cetak. Dengan kata lain, mereka membaca untuk belajar.
Mereka masih mengalami kesulitan memahami informasi yang ditampilkan dari
beragam sudut pandang dalam satu cerita. Ketika anak tidak belajar membaca,
anak cenderung mengalami kesulitan serius dalam berbagai mata pelajaran.
5.
Tahapan
4 yaitu tingkat sekolah menengah atas
Banyak siswa menjadi pembaca-pembaca yang sangat kompeten. Mereke
mengembangkan kemampuan untuk memahami materi yang ditampilkan dari berbagi
sudut pandang. Hal ini memampukan mereka mendiskusikan literatur, sejarah,
ekonomi dan politik; kadang bak seorang ahli.[3]
C.
Prinsip-prinsip Pengajaran Membaca anak SD/MI
1.
Belajar membaca
adalah suatu proses yang sangat rumit, dan sangat peka sifatnya terhadap
berbagai pengaruh dari luar yang menekan. Makin banyak pengaruh atau tekanan
dari luar itu, lebih-lebih lagi kalau tekanan itu tidak pada tempatnya, makin
besar hambatan terhadap berlangsungnya proses belajar membaca. Bahkan mungkin
proses belajar membaca itu tidak berlangsung.
2.
Belajar membaca
pada hakikatnya adalah proses belajar yang bersifat perseorangan Kondisi daya
mental untuk belajar membaca, perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman, dan
faktor-faktor lingkungan dan kebudayaan, berbeda-beda keadaannya antara anak
satu dengan anak yang lainnya.
3.
Pengajaran
membaca yang baik adalah pengajaran membaca yang memanfaatkan dengan tepat
hasil diagnosis kesulitan belajar membaca pada siswa dan hasil pengkajian
kebutuhannya dalam membaca.
4.
Belajar membaca
hanya mungkin berlangsung lancar dan berhasil baik, jika bahan pelajaran yang
disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik. Prinsip ini
menyarankan pengajaran membaca untuk mempertimbangkan perkembangan intelektual,
emosional, sosial, dan fisikal anak didik dalam memilih bahan pelajaran membaca
yang akan disajikan
5.
Membaca pada
hakekatnya adalah proses memahami dan member makna kepada tuturan tertulis yang
dibaca. bahwa membaca itu bukan sekedar melisankan kata-kata tertulis, dan juga
bukan menangkap sebuah makna yang sudah pasti ada dalam tuturan tertulis itu.
Lebih dari pada itu, membaca merupakan suatu proses mental (kognitif) dimana
siswa sebagai pembaca secara aktif dan kreatif menggunakan kemampuan mentalnya,
perbendaharaan pengetahuan dan pengalamannya untuk memahami serta memberi makna
kepada tuturan tertulis yang dibacanya.
6.
Dalam pengajaran
membaca, tidak ada satupun cara yang super sifatnya.
Prinsip
ini mengajarkan banyak hal. (1)
disarankan agar guru tidak bermimpi
tentang adanya sebuah metode pengajaran membaca yang paling baik dalam segala
hal. Semua jenis metode yang selama ini pernah diketengahkan orang dalam
pengajaran membaca pada dasrnya hanya cocok untuk kelompok anak tertentu saja. (2)
disarankan agar guru mengkaji berbagai macam metode pengajaran membaca untuk
kemudian memilih salah satu atau lebih dari padanya untuk melaksanakan
pengajaran membaca kepada siswa yang sedang dihadapinya. (3) disarankan pula
agar guru memvariasikan metode, teknik, dan prosedur pengajaran membacanya
atau bersikap elektis dalam masalah ini.
7.
Konsep kesiapan
membaca tidak hanya berlaku pada pengajaran membaca permualaan, tetapi pada
setiap tingkat pengajaran membaca.
8. Pengajaran
membaca harus membina siswa menguasai kunci-kunci membaca.
Yang dimaksudkan dengan kunci-kunci
membaca dalam hubungan ini ialah patokan-patokan umum yang dapat dimanfaatkan
untuk memudahkan pemahaman dalam membaca. Termasuk kedalamnya adalah
pemanfaatan konteks dan analisis struktur kata lain dan kalimat untuk memahami
makna kata dan kalimat dalam bacaan, pemanfaatan kalimat topik untuk menangkap ide pokok paragraf, dan pemanfaatan
judul bacaan untuk memandu memahami masalah pokok bacaan. Patokan-patokan
serupa ini diharapkan di binakan pengasaanya oleh guru karena dia merupakan
semacam kunci yang memudahkan siswa belajar membaca.
9. Pengajaran
membaca harus dirancang demikian rupa sehingga mampu membina kebiasaan membaca
pada siswa sebagai suatu yang menyenangkan.
Prinsip ini menghendaki pengajaran
membaca tidak memegang konsep membaca dalam pengertian yang sempit, yaitu
sebagai kemampuan mengenal kata-kata dan kemampuan mengkomprehensi belaka.
10. Pengajaran
membaca hendaknya mengembangkan macam-macam program jenis membaca dalam
perimbangan yang harmonis dan memvariasikan kegiatan belajar siswa.
Mengingat bahwa cukup banyak jenis atau
macam membaca yang harus dikuasai siswa (membaca pengembangan, membaca
fungsional, dan membaca rekreatif), disarankan agar pengajaran membaca mengembangkan
macam-macam program pengajaran membaca.
11. Kemampuan
atau keterampilan membaca yang spesifik hendaknya dibina lewat suatu sistematik
latihan yang spesifik pula.
Ada
jenis-jenis keterampilan yang spesifik sifatnya dalam membaca yang harus
dikuasai siswa, baik pada tahapan-tahapan belajar tertentu maupun pada
mempelajari pada jenis-jenis membaca tertentu. Pada tahap belajar permulaan
misalnya, keterampilan spesifik sifatnya adalah keterampilan mengidentifikasi
kata, mengenal kata, menangkap makna tersurat.
12. Mengahalangi
terjadinya kesalahan lebih baik daripada mengobati dalam belajar membaca.
Prinsip
ini menyarankan pengajaran agar sejak dini sudah mempersiapkan upaya dan bahan
pelajaran yang mampu menghalangi terjadinya kesalahan-kesalahan pada siswa dalam
belajar membaca. Misalnya memberikan perhatian yang lebih banyak kepada siswa
yang daya belajar membacanya berada di bawah rata-rata, atau dengan segera
menangani kesalahan kecil agar tidak berkembang menjadi kesalahan yang besar. [4]
D.
Tahapan-tahapan membaca anak SD/MI
Ada beberapa
tahapan membaca pada anak yang berlangsung dalam 5 tahapan (Depdiknas 2000:6-8)
yaitu sebagai berikut:
a)
Tahap fantasi (magical stage)
Pada
tahap ini anak belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting,
melihat atau membolak balikan buku dan kadang-kadang membawa buku kesukannya. Pada tahap ini orang tua atau
guru dapat memberikan atau menunjukan model/contoh tentang perlunya membaca,
membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
b)
Tahap pembentukkan konsep diri
(self concept stage)
Pada tahap ini anak perpandangan bahwa dirinya sebagai
pembaca, mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca buku,
memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan
buku, dan dapat menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok
dengan tulisannya. Hendaknya orang tua dan guru memberikan stimulus atau
rangsangan dengan jalan membacakan apa saja kepada anak, seperti
buku cerita, tulisan pada kotak susu, bungkus makana, pasta gigi, dan lain-lain
serta melibatkan anak ketika membacanya. Selain itu
berikan akses kepada anak mengenai buku-buku yang mereka ketahui.
c)
Tahap membaca gambar (bridging
reading stage)
Anak sudah dapat mengenali dan menemukan
kata pada tulisan/cetakan yang tampak, menggungkapkan kata-kata yang memiliki
makna dengan dirinya, mengulang kembali cerita yang tertulis dan dapat mengenal
tulisan kata dari puisi atau lagu serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ini orang tua atau guru membacakan sesuatu
pada anak, mengenalkan kosa kata baik dari lagu maupun puisi,
d)
Tahap pengenalan bacaan
(take-off reader stage)
Pada tahap keempat anak sudah mulai menggunakan tiga
sitim isyarat secara bersamaan yaitu graphonik, sematik dan syntaksis, pada
tahap ini anak muali tertarik pada bacaan, mulai menggingat cetakan tulisan
pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca
berbagi tanda seperti pada kotak susu, botol minuman ringan, bungkus makana dan
lain-lain. Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap memberi
stimulasi/membacakan sesuatu pada anak sehingga dapat menjadi motivasi anak
untuk selalu membaca diberbagai situasi. Tetapi yang harus diperhatikan,
hendaknya orang tua atau guru tidak memaksa anak untuk membaca huruf dengan
sempurna.
e)
Tahap membaca
lancar (independent reader stage)
Pada tahap ke lima anak sudah dapat membaca berbagai
jenis buku yang berbeda secara bebas, Menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan
bacaan, bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman akan mudah
dibaca oleh anak.
Pada tahap ini orng tua dan guru masih tetap
membacakan berbagai jenis buku pada anak. hal ini dapat mendorong anak agar
dapat memperbaiki bacaannya. Selain itu orang tua atau guru membantu menyeleksi
bacaan yang sesuai dan mengajarkan cerita yang berstruktur.[5]
BAB III
SIMPULAN
1.
Menurut
Syafi’ie (1999:7), Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat
fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik, peranan indra visual, pembaca
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya. Proses
psikologi itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan
terhadap tulisan ke pusat kesadaran mmelalui sistem syaraf
2.
Tahap-tahap
Perkembangan Membaca anak SD/MI, dimulai dari tahap 0 sampai tahap 4,
diantaranya:Tahapan 0 rentang usia mulai lahir sampai dengan tingkat kelas 1,
Tahapan 1 yaitu tingkat kelas 1 dan 2,Tahapan
2 yaitu tingkat kelas 2 dan 3, Tahapan 3 yaitu tingkat kelas 4 hingga 8, dan Tahapan 4 yaitu
tingkat sekolah menengah atas.
3.
Prinsip-prinsip
Pengajaran Membaca anak SD/MI, terdiri atas 12 prinsip, diantaranya: (1)
Belajar membaca adalah suatu proses yang sangat rumit, (2) Belajar membaca pada
hakikatnya adalah proses belajar yang bersifat perseorangan,. (3) Pengajaran
membaca yang baik adalah pengajaran membaca yang memanfaatkan dengan tepat
hasil diagnosis kesulitan belajar membaca (4) Belajar membaca berlangsung lancar
dan berhasil baik, jika bahan pelajaran yang disajikan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. (5) Membaca pada hakekatnya adalah proses memahami dan
member makna kepada tuturan tertulis yang dibaca. (6) Dalam pengajaran membaca, tidak ada
satupun cara yang super sifatnya. (7) Konsep kesiapan membaca tidak hanya
berlaku pada pengajaran membaca permualaan, (8) Pengajaran membaca harus
membina siswa menguasai kunci-kunci membaca. (9)Pengajaran membaca harus
dirancang demikian rupa sehingga mampu membina kebiasaan membaca pada siswa
sebagai suatu yang menyenangkan.(10) Pengajaran membaca hendaknya mengembangkan
macam-macam program jenis membaca dalam perimbangan yang harmonis dan
memvariasikan kegiatan belajar siswa. (11) Kemampuan atau keterampilan membaca
yang spesifik hendaknya dibina lewat suatu sistematik latihan yang spesifik
pula.(12) Mengahalangi terjadinya kesalahan lebih baik daripada mengobati dalam
belajar membaca.
4. Tahapan-tahapan membaca anak SD/MI, diantaranya: Tahap fantasi (magical
stage), Tahap pembentukkan konsep diri
(self concept stage), Tahap membaca gambar (bridging
reading stage), Tahap pengenalan bacaan (take-off
reader stage), dan Tahap membaca
lancar (independent reader stage).
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, Sri dkk. 2008. Bahasa Indonesia 1. Surabaya. LAPIS
PGMI.
Santrock John W. 2007. Perkembangan Anak edisi kesebelas jilid 1. Jakarta.
Erlangga.
Oka, I Gusti Ngurah. Pengantar Membaca dan
Pengajarannya. Surabaya. Usaha Nasional.
http://pkgpaudjatinangor.blogspot.co.id/2013/02/tahapan-membaca-untuk-anak.html.
21 Oktober 2015. Pukul 10.37.
[3] John W. Santrock, Perkembangan Anak edisi kesebelas jilid 1. (Jakarta:
Erlangga, 2007), hlm. 363.
[4] I Gusti Ngurah Oka, Pengantar Membaca dan Pengajarannya, (Surabaya:
Usaha Nasional), hlm. 76-81.
[5] http://pkgpaudjatinangor.blogspot.co.id/2013/02/tahapan-membaca-untuk-anakhtml,
21 Oktober 2015, Pukul 10.37.
0 komentar:
Posting Komentar