Pengaruh Pemberian Detergen terhadap
Kecepatan Respirasi pada Ikan Lele
LAPORAN PENGAMATAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA 3)
Disusun Oleh kelompok 1:
Kelas 3A
1.
Hanik Hamdiyah (D07213014)
2.
Siti Hartina (D07214026)
3.
Miftahul Ilmi Hakiqi (D97214113)
4.
Dwi Ratna Sari (D77214030)
5.
Fatma Muslikawati (D77214032)
6.
Fathul Alim (D77214031)
7.
Kuny Amalia (D77214037)
8.
Intania Cahaya Sari (D07214004)
Dosen Pengampu:
R. Syaifuddin, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pencemaran air
adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan, dan tempat air tanah akibat aktivitas manusia. Tempat
penampungan air adalah bagian penting merupakan bagian dari siklus hidrologi
selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Pemanfaatan
terbesar danau, sungai, lautan, dan iar tanah adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, dan bahkan nerpotensi sebagai objek wisata.
Salah satu yang
menyebabkan pencemaran air adalah penggunaan detergen. Detergen adalah
pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi yang
tersusun dari bahan kimia yang memberi dampak negatif pada biota yang hidup di
daerah perairan. Salah satu biota perairan adalah ikan. Pencemaran air yang
disebabkan oleh detergen bisa membuat ikan-ikan menjadi terganggu pernapasannya
dan akhirnya menyebabkan kematian.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1.2.1
Bagaimana
pengaruh konsentrasi deterjen terhadap kecepatan pernapasan ikan lele?
1.2.2
Bagaimana
perbandingan kecepatan pernapasan ikan lele di air tercemar deterjen dengan air
yang tidak tercemar deterjen?
1.3
Tujuan Pengamatan
Berdasarkan
rumusan masalahdi atas, tujuan pengamatannya adalah:
1.3.1
Untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi detergen
terhadap kecepatan pernapasan ikan lele.
1.3.2
Untuk
membandingkan kecepatan pernapsan ikan lele di air yang tercemar deterjen
dengan air yang tidak tercemar deterjen.
1.4
Manfaat Pengamatan
Berdasarkan
tujuan pengamatan di atas, manfaat pengamatannya adalah:
1.4.1
Agar
dapat mengetahui pengaruh konsentrasi deterjen terhadap kecepatan pernapasan
ikan lele.
1.4.2
Agar
dapat membandingkan kecepatan pernapasan ikan lele di air tercemar deterjen dengan
air yang tidak tercemar deterjen.
1.5
Hipotesis
Berdasarkan
ilmu pengetahuan yang penulis peroleh, penulis berpendapat bahwa:
1.5.1
Konsentrasi
deterjen mempengaruhi kecepatan pernapasan ikan lele.
1.5.2
Kecepatan
pernapasan ikan lele di air tercemar lebih cepat dibanding kecepatan pernapasan
ikan lele di air yang tidak tercemar
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Konsentrasi Detergen dalam Air
Menurut
Wardhana (2001), deterjen adalah bahan pembersih yang terbuat dari senyawa
petrokimia. Bahari buangan berupa deterjen ini dikatakan berbahaya karena:
a. Deterjen
yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air hingga 10,6 -11 ppm.
b. Bahan
antiseptik yang terkandung di dalamnya juga dapat mengganggu kehidupan organisme
air bahkan dapat menyebabkan kematian.
c. Ada sebagian
bahan deterjen yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme yang ada di dalam
air.
Deterjen atau
surfaktan adalah golongan molekul organik yang dipergunakan sebagai pengganti
sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Deterjen dalam
air menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas
permukaan gelembung udara dan biasanya relatif tetap (Sugiharto, 1987).[1]
Polutan adalah
zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah
detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS.
Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci
pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (Alkyl
Benzene Sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen
tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan
yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang mengkonsumsi
biota tersebut.[2]
2.2
Respirasi pada Ikan Lele
Respirasi
adalah proses pengikatan oksigen (O2) dan pengeluaran karbon
dioksida (CO2) oleh darah melalui alat pernapasan. Proses pengikatan
oksigen tersebut dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2 antara
perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke
dalam darah atau keluar melalui alat pernapasan.
Ikan lele adalah sejenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan
hidup lebih kuat di bandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini mampu bertahan
hidup dalam kondisi kurang air atau tidak ada air.
Menurut Brotowidjoyo (1989), menyatakan ciri-ciri yang membedakan
ikan lele dengan ikan ikan lainnya, yaitu bentuk badan yang membulat panjang,
bagian badan tinggi dan memanjang, memipih kearah ekor, tidak bersisik, serta
licin karena mengeluarkan lender. Warna tubuh seperti lumpur, punggung berwarna
kehitaman dan bagian perut berwarna lebih muda.[3]
Alat pernapasan
pada ikan lele adalah menggunakan insang. Insang terbentuk dari lengkung tulang
rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang. Tiap filamen terdiri atas
banyak lamella yang merupakan tempat pertukaran gas.
Ikan lele juga
memiliki labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan yang berfungsi menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan
pada kondisi yang kekurangan oksigen.
Mekanisme pernapasan pada ikan lele
diatur oleh mulut dan tutup insang (operkulum), terdiri atas dua tahap, yakni
inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, tutup insang mengembang, air
masuk melalui mulut dan terdorong ke arah insang, oksigen dalam air akan
berdifusi ke dalam sel-sel insang lalu masuk ke dalam darah. Sedangkan pada
fase ekspirasi jika mulut tertutup, tutup insang mengempis, rongga faring
menyempit, karbon dioksida yang dibawwa oleh darah dari jaringan tubuh akan
keluar dari tubuh ke air secara difusi bersama air melalui celah dari tutup insang.
BAB III
PELAKSANAAN PENGAMATAN
3.1
Waktu dan Tempat Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan ini diadakan pada hari kamis, 8 Oktober
2015, pukul 10.00 WIB. Bertempat di gedung E1 ruang 101 Tarbiyah UIN Sunan
Ampel Surabaya.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dalam pengamatan ini diantaranya:
3.2.1 Alat :
1.
Stopwatch
2.
Timba
3.
Alat tulis
3.2.2 Bahan :
1.
Deterjen
2.
dua ekor ikan lele
3.
air
3.3
Langkah Kerja
Adapun
langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1.
Menyiapkan 2 buah timba yang telah
diisi dengan air yang sama banyaknya.
2.
Timba A untuk menetralisirkan dari
deterjen. Timba B akan diberikan jenis air yang berbeda-beda. Tahap 1 timba B
diberi tanpa campura deterjen. Tahap 2 timba B diberi air campuran ½ sendok
deterjen. Dan tahap 3 timba B diberi air dengan campuran 1 sendok deterjen.
3.
Menyiapkan 2 ekor ikan lele,
dimasukkan ke dalam timba A.
4.
Perlakuan pertama. Memasukkan ikan
lele 1 kedalam timba B yang diberi air murni. Mengamati dan menghitung gerak
operculum setiap satu menit, melakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan
stopwatch.
5.
Mencatat jumlah gerakan operculum
lele 1, pada 1 menit pertama, 1menit kedua, dan 1 menit ke 3, lalu menghitung
rata-ratanya.
6.
Setelah itu memindah ikan lele 1 ke
timba B.
7.
Perlakuan pertama untuk lele 2.
Memasukkan lele 2 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah gerak operculum
setiap 1 menit. Melakukannya sebanyak 3x dengan menggunakan stopwatch.
8.
mencatat jumlah gerakan operculum
lele 2, pada 1 menit pertama, 1 menit kedua dan 1 menit ketiga. Lalu menghitung
rata-ratanya.
9.
Setelah itu memindah lele 2 ke timba
A.
10. Lalu
memasukkan ½ sendok deterjen daia kedalam timba B, tanpa mengganti air baru dan
mengaduknya hingga deterjen larut
11. Memasukkan
lele 1 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah operculum dalam 1 menit
dengan stopwatch.
12. Mencatat
jumlah gerak operculum lalu memindah lele 1 ke timba A selama 10 menit untuk
menetralisir dari deterjen.
13. Memasukkan
kembali lele 1 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah gerakan operculum
selama 1 menit dengan stopwatch.
14. Mencatat
jumlah gerak operculum lele 1. Lalu memindah lagi lele 1 ketimba A selama 10
menit untuk menetralisir dari deterjen.
15. Memasukkan
kembali lele 1 ketimba B. Mengamati dan menghitung dengan stopwatch jumlah
gerakan operkulum lele 1 selama satu menit.
16. Mencatat
lagi jumlah gerak operkulum lele 1, dan memindah lele 1 ke timba A.
17. Lalu
menghitung rata-rata jumlah gerakan operkulum pada 1 menit pertama, 1 menit
kedua, 1 menit ketiga. Ketika lele 1 berada pada perlakuan kedua yaitu air yang
dicampuri ½ sendok deterjen.
18. Melakukan
perlakuan kedua (air yang dicampuri ½ sendok deterjen) lele 2 sama seperti lele
1.
19. melakukan
perlakuan ketiga (air yang dicampuri 1 sendok deterjen) terhadap lele 1, dan
lele 2 secara berurutan, seperti pada perlakuan kedua.
20. Mencatat
hasil hitungan pengamatan lele 1 dan 2 pada perlakuan ketiga di 1 menit
pertama, 1menit kedua dan 1 menit ketiga. Lalu menghitung jumlah rata-rata
masing-maisng lele.
3.4
Variabel Pengamatan
3.4.1
Variabel terikat : kecepatan
pernapasan ikan.
3.4.2
Variabel bebas : konsentrasi
detergen.
3.4.3
Variabel kontrol : jumlah air murni,
jenis ikan, waktu penelitian.
3.5
Data Hasil Pengamatan
No.
Lele
|
Air
Normal
|
½
sendok Daia
|
1
sendok Daia
|
1
|
1.
44 kali/menit
|
1.
54 kali/menit
|
1.
20 kali/menit
|
2.
40 kali/menit
|
2.
60 kali/menit
|
2.
100
kali/menit
|
|
3.
38 kali/menit
|
3.
59 kali/menit
|
3.
96 kali/menit
|
|
Rata-rata=
41 kali/menit
|
Rata-rata=
58 kali/menit
|
Rata-rata=72
kali/menit
|
|
2
|
1.
42 kali/menit
|
1.
42 kali/menit
|
1.
21 kali/menit
|
2.
48 kali/menit
|
2.
43 kali/menit
|
2.
45 kali/menit
|
|
3.
42 kali/menit
|
3.
37 kali/menit
|
3.
75 kali/menit
|
|
Rata-rata=
44 kali/menit
|
Rata-rata=
41 kali/menit
|
Rata-rata=
47 kali/menit
|
3.6
Analisis Data Hasil Pengamatan
Dari table
diatas, lele satu ketika diletakkan pada air murni kecepatan rata-rata pernapasannya
sebesar 41 kali tiap menit, lalu ketika diletakan pada air dengan konsentrasi ½
sendok deterjen kecepatan rata-rata pernapasannya meningkat menjadi 58 kali
permenit. Begitu pula ketika lele 1 berada pada air dengan konsentrasi 1 sendok
deterjen kecepatan rata-arata pernapasannya meningkat lagi menjadi 72 kali
permenit. Meskipun ketika menit pertama pada perlakuan kedua kecepatan
pernapasan lelenya turun menjadi 20 kali permenit.
Berbeda dengan
lele 2, ketika berada pada perlakuan pertama kecepatan rata-rata pernapasannya
44 kali permenit. Namun ketika diperlakuan kedua kecepatan rata-rata
pernapasannya menjadi 41 kali permenit. Dan pada perlakuan ketiga lele
mengalami peningkatan kecepata rata-rata pernapasan pada perlakuan pertama dan
ketiga.
Pengaruh
deterjen pada lele adalah membuat ikan kekurangan oksigen. Karena deterjen yang
terlarut dalam air membuat kandungan O2 dalam air menurun, keberadaan busa di
permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dengan air terbatas
sehingga menurunkan O2 yang terlarut dalam air. Dengan demikian ikan kekurangan
O2 sehingga pergerakan operkulumnya semakin cepat untuk mendapatkan O2 yang
semakin sedikit.
Pada ikan lele
pertama kecepatan rata-rata bernafasnya terus meningkat dari perlakuan 1,2 dan
3 hal ini sesuai dengan landasan teori.
Namun pada ikan
lele kedua kecepatan rata-rata bernafasnya turun ketika pada perlakuan kedua,
namun naik melebihi kecepatan rata-rata pernapasan pada perlakuan 1 dan 2.
Seharusnya ikan
lele 2 mengalami peningkatan pada kecepatan rata-rata bernafas ketidak cocokan
hasil kecepatan pernapasan ikan, mungkin kondisi ikan lele 2 kurang sehat dan
usia lele 1 dan 2 juga berbeda sehingga mungkin mempengaruhi
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Dari hasil
pengamatan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis dapat diterima
berdasarkan landasan toeri dan hasil pengamatan:
4.1.1
Konsenterasi
deterjen mempengaruhi kecepatan pernapasan ikan lele karena semakin besar
konsenterasi deterjen yang terkandung dalam air, semakin sedikit jumlah oksigen
didalamnya akibat kandungan detergen yang dapat menghalangi pertukaran oksigen
di udara dengan air.
4.1.2
Kecepatan
bernapas ikan lele di air tercemar lebih cepat dibandingkan kecepatan bernapas
ikan lele di air murni (tidak tercemar). Karena kadar oksigen di air tercemar
yang semakin sedikit, ikan lele harus mempercepat gerakan operkulumnya agar
dapat memenuhi kebutuhan oksigennnya.
4.2
Kritik dan Saran
Adapun kritik
yang dapat disampaikan oleh penulis dari pengamatan yang telah penulis lakukan,
penulis menyadari segala kekurangan dari lampiran pengamatan ini seperti ikan
yang digunakan kurang sehat, tempat aquarium yang kecil, alat ukur yang
seadanya.
Adapun saran yang dapat disampaikan
oleh penulis dari pengamatan yang telah penulis lakukan, penulis menyarankan
agar pengamatan selanjutnya menggunakan ikan yang lebih sedikit besar dan
sehat, aquarium yang digunakan besar agar ikan bebas berenang, dan alat ukur
yang lengkap agar penelitian yang di lakukan akurat.
LAMPIRAN
Lampiran Gambar Pengamatan
Ikan lele yang akan diuji coba dua
timba dan deterjen Daia
Mengamati dan menghitung jumlah gerakan operkulum ikan lele
memindahkan lele ke timba lain untuk netralisir dari deterjen data
hasil pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/penentuan-derajat-kesehatan-dan-respirasi-ikan/, diakses pada 22 Oktober 2015, pukul 12.15.
http://afriyuniapradani.blogspot.co.id/2011/05/pengaruh-kadar-deterjen-dalam-air.html, diakses pada 22 Oktober 2015, pukul 12.15.
http://kymuttzzituwwuky.blogspot.co.id/2013/05/konsumsi-oksigen-pada-ikan-lele-clarias.html. diakses pada 22 Oktober 2015, pukul 12.15.
[1] https://akutresno.wordpress.com/2012/02/26/penentuan-derajat-kesehatan-dan-respirasi-ikan/, diakses pada
22 Oktober 2015, pukul 12.15.
[2] http://afriyuniapradani.blogspot.co.id/2011/05/pengaruh-kadar-deterjen-dalam-air.html, diakses pada
22 Oktober 2015, pukul 12.15.
[3] http://kymuttzzituwwuky.blogspot.co.id/2013/05/konsumsi-oksigen-pada-ikan-lele-clarias.html. diakses pada
22 Oktober 2015, pukul 12.15.
0 komentar:
Posting Komentar