Rabu, 30 Desember 2015

Pengaruh Pemberian Detergen terhadap Kecepatan Respirasi pada Ikan Lele


Pengaruh Pemberian Detergen terhadap
Kecepatan Respirasi pada Ikan Lele

LAPORAN PENGAMATAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA 3)

uin sas.jpg

Disusun Oleh kelompok 1:
Kelas 3A
1.      Hanik Hamdiyah                   (D07213014)
2.      Siti Hartina                            (D07214026)
3.      Miftahul Ilmi Hakiqi (D97214113)
4.      Dwi Ratna Sari                      (D77214030)
5.      Fatma Muslikawati               (D77214032)
6.      Fathul Alim                            (D77214031)
7.      Kuny Amalia                         (D77214037)
8.      Intania Cahaya Sari              (D07214004)

Dosen Pengampu:
R. Syaifuddin, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan tempat air tanah akibat aktivitas manusia. Tempat penampungan air adalah bagian penting merupakan bagian dari siklus hidrologi selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan, dan iar tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, dan bahkan nerpotensi sebagai objek wisata.
Salah satu yang menyebabkan pencemaran air adalah penggunaan detergen. Detergen adalah pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi yang tersusun dari bahan kimia yang memberi dampak negatif pada biota yang hidup di daerah perairan. Salah satu biota perairan adalah ikan. Pencemaran air yang disebabkan oleh detergen bisa membuat ikan-ikan menjadi terganggu pernapasannya dan akhirnya menyebabkan kematian.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah:
1.2.1        Bagaimana pengaruh konsentrasi deterjen terhadap kecepatan pernapasan ikan lele?
1.2.2        Bagaimana perbandingan kecepatan pernapasan ikan lele di air tercemar deterjen dengan air yang tidak tercemar deterjen?

1.3    Tujuan Pengamatan
Berdasarkan rumusan masalahdi atas, tujuan pengamatannya adalah:
1.3.1        Untuk mengetahui pengaruh  konsentrasi detergen terhadap kecepatan pernapasan ikan lele.
1.3.2        Untuk membandingkan kecepatan pernapsan ikan lele di air yang tercemar deterjen dengan air yang tidak tercemar deterjen.



1.4    Manfaat Pengamatan
Berdasarkan tujuan pengamatan di atas, manfaat pengamatannya adalah:
1.4.1        Agar dapat mengetahui pengaruh konsentrasi deterjen terhadap kecepatan pernapasan ikan lele.
1.4.2        Agar dapat membandingkan kecepatan pernapasan ikan lele di air tercemar deterjen dengan air yang tidak tercemar deterjen.

1.5    Hipotesis
Berdasarkan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh, penulis berpendapat bahwa:
1.5.1        Konsentrasi deterjen mempengaruhi kecepatan pernapasan ikan lele.
1.5.2        Kecepatan pernapasan ikan lele di air tercemar lebih cepat dibanding kecepatan pernapasan ikan lele di air yang tidak tercemar


BAB II
LANDASAN TEORI


2.1    Konsentrasi Detergen dalam Air
Menurut Wardhana (2001), deterjen adalah bahan pembersih yang terbuat dari senyawa petrokimia. Bahari buangan berupa deterjen ini dikatakan berbahaya karena:
a. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan menaikkan pH air hingga 10,6 -11 ppm.
b. Bahan antiseptik yang terkandung di dalamnya juga dapat mengganggu kehidupan organisme air bahkan dapat menyebabkan kematian.
c. Ada sebagian bahan deterjen yang tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme yang ada di dalam air.
Deterjen atau surfaktan adalah golongan molekul organik yang dipergunakan sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Deterjen dalam air menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada di atas permukaan gelembung udara dan biasanya relatif tetap (Sugiharto, 1987).[1]
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (Alkyl Benzene Sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.[2]

2.2    Respirasi pada Ikan Lele
Respirasi adalah proses pengikatan oksigen (O2) dan pengeluaran karbon dioksida (CO2) oleh darah melalui alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen tersebut dipengaruhi perbedaan tekanan parsial O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat pernapasan.
 Ikan lele adalah sejenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan hidup lebih kuat di bandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi kurang air atau tidak ada air. Menurut Brotowidjoyo (1989), menyatakan ciri-ciri yang membedakan ikan lele dengan ikan ikan lainnya, yaitu bentuk badan yang membulat panjang, bagian badan tinggi dan memanjang, memipih kearah ekor, tidak bersisik, serta licin karena mengeluarkan lender. Warna tubuh seperti lumpur, punggung berwarna kehitaman dan bagian perut berwarna lebih muda.[3]
Alat pernapasan pada ikan lele adalah menggunakan insang. Insang terbentuk dari lengkung tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang. Tiap filamen terdiri atas banyak lamella yang merupakan tempat pertukaran gas.
Ikan lele juga memiliki labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan yang berfungsi menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan oksigen.
Mekanisme pernapasan pada ikan lele diatur oleh mulut dan tutup insang (operkulum), terdiri atas dua tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, tutup insang mengembang, air masuk melalui mulut dan terdorong ke arah insang, oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang lalu masuk ke dalam darah. Sedangkan pada fase ekspirasi jika mulut tertutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit, karbon dioksida yang dibawwa oleh darah dari jaringan tubuh akan keluar dari tubuh ke air secara difusi bersama air melalui celah dari tutup insang.


BAB III
PELAKSANAAN PENGAMATAN

3.1    Waktu dan Tempat Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan ini diadakan pada hari kamis, 8 Oktober 2015, pukul 10.00 WIB. Bertempat di gedung E1 ruang 101 Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya.

3.2    Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dalam pengamatan ini diantaranya:


3.2.1 Alat     :
1.      Stopwatch
2.      Timba
3.      Alat tulis

3.2.2 Bahan :
1.      Deterjen
2.      dua ekor ikan lele
3.      air



3.3    Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah:
1.      Menyiapkan 2 buah timba yang telah diisi dengan air yang sama banyaknya.
2.      Timba A untuk menetralisirkan dari deterjen. Timba B akan diberikan jenis air yang berbeda-beda. Tahap 1 timba B diberi tanpa campura deterjen. Tahap 2 timba B diberi air campuran ½ sendok deterjen. Dan tahap 3 timba B diberi air dengan campuran 1 sendok deterjen.
3.      Menyiapkan 2 ekor ikan lele, dimasukkan ke dalam timba A.
4.      Perlakuan pertama. Memasukkan ikan lele 1 kedalam timba B yang diberi air murni. Mengamati dan menghitung gerak operculum setiap satu menit, melakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan stopwatch.
5.      Mencatat jumlah gerakan operculum lele 1, pada 1 menit pertama, 1menit kedua, dan 1 menit ke 3, lalu menghitung rata-ratanya.
6.      Setelah itu memindah ikan lele 1 ke timba B.
7.      Perlakuan pertama untuk lele 2. Memasukkan lele 2 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah gerak operculum setiap 1 menit. Melakukannya sebanyak 3x dengan menggunakan stopwatch.
8.      mencatat jumlah gerakan operculum lele 2, pada 1 menit pertama, 1 menit kedua dan 1 menit ketiga. Lalu menghitung rata-ratanya.
9.      Setelah itu memindah lele 2 ke timba A.
10.  Lalu memasukkan ½ sendok deterjen daia kedalam timba B, tanpa mengganti air baru dan mengaduknya hingga deterjen larut
11.  Memasukkan lele 1 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah operculum dalam 1 menit dengan stopwatch.
12.  Mencatat jumlah gerak operculum lalu memindah lele 1 ke timba A selama 10 menit untuk menetralisir dari deterjen.
13.  Memasukkan kembali lele 1 ke timba B. Mengamati dan menghitung jumlah gerakan operculum selama 1 menit dengan stopwatch.
14.  Mencatat jumlah gerak operculum lele 1. Lalu memindah lagi lele 1 ketimba A selama 10 menit untuk menetralisir dari deterjen.
15.  Memasukkan kembali lele 1 ketimba B. Mengamati dan menghitung dengan stopwatch jumlah gerakan operkulum lele 1 selama satu menit.
16.  Mencatat lagi jumlah gerak operkulum lele 1, dan memindah lele 1 ke timba A.
17.  Lalu menghitung rata-rata jumlah gerakan operkulum pada 1 menit pertama, 1 menit kedua, 1 menit ketiga. Ketika lele 1 berada pada perlakuan kedua yaitu air yang dicampuri ½ sendok deterjen.
18.  Melakukan perlakuan kedua (air yang dicampuri ½ sendok deterjen) lele 2 sama seperti lele 1.
19.  melakukan perlakuan ketiga (air yang dicampuri 1 sendok deterjen) terhadap lele 1, dan lele 2 secara berurutan, seperti pada perlakuan kedua.
20.  Mencatat hasil hitungan pengamatan lele 1 dan 2 pada perlakuan ketiga di 1 menit pertama, 1menit kedua dan 1 menit ketiga. Lalu menghitung jumlah rata-rata masing-maisng lele.


3.4    Variabel Pengamatan
3.4.1   Variabel terikat : kecepatan pernapasan ikan.
3.4.2   Variabel bebas : konsentrasi detergen.
3.4.3   Variabel kontrol : jumlah air murni, jenis ikan, waktu penelitian.



3.5    Data Hasil Pengamatan
No. Lele
Air Normal
½ sendok Daia
1 sendok Daia
1
1.          44 kali/menit
1.         54 kali/menit
1.      20 kali/menit
2.          40 kali/menit
2.         60 kali/menit
2.      100 kali/menit
3.          38 kali/menit
3.         59 kali/menit
3.      96 kali/menit
Rata-rata= 41 kali/menit
Rata-rata= 58 kali/menit
Rata-rata=72 kali/menit
2
1.         42 kali/menit
1.         42 kali/menit
1.          21 kali/menit
2.         48 kali/menit
2.         43 kali/menit
2.          45 kali/menit
3.         42 kali/menit
3.         37 kali/menit
3.         75 kali/menit
Rata-rata= 44 kali/menit
Rata-rata= 41 kali/menit
Rata-rata= 47 kali/menit

3.6    Analisis Data Hasil Pengamatan
Dari table diatas, lele satu ketika diletakkan pada air murni kecepatan rata-rata pernapasannya sebesar 41 kali tiap menit, lalu ketika diletakan pada air dengan konsentrasi ½ sendok deterjen kecepatan rata-rata pernapasannya meningkat menjadi 58 kali permenit. Begitu pula ketika lele 1 berada pada air dengan konsentrasi 1 sendok deterjen kecepatan rata-arata pernapasannya meningkat lagi menjadi 72 kali permenit. Meskipun ketika menit pertama pada perlakuan kedua kecepatan pernapasan lelenya turun menjadi 20 kali permenit.
Berbeda dengan lele 2, ketika berada pada perlakuan pertama kecepatan rata-rata pernapasannya 44 kali permenit. Namun ketika diperlakuan kedua kecepatan rata-rata pernapasannya menjadi 41 kali permenit. Dan pada perlakuan ketiga lele mengalami peningkatan kecepata rata-rata pernapasan pada perlakuan pertama dan ketiga.
Pengaruh deterjen pada lele adalah membuat ikan kekurangan oksigen. Karena deterjen yang terlarut dalam air membuat kandungan O2 dalam air menurun, keberadaan busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dengan air terbatas sehingga menurunkan O2 yang terlarut dalam air. Dengan demikian ikan kekurangan O2 sehingga pergerakan operkulumnya semakin cepat untuk mendapatkan O2 yang semakin sedikit.
Pada ikan lele pertama kecepatan rata-rata bernafasnya terus meningkat dari perlakuan 1,2 dan 3 hal ini sesuai dengan landasan teori.
Namun pada ikan lele kedua kecepatan rata-rata bernafasnya turun ketika pada perlakuan kedua, namun naik melebihi kecepatan rata-rata pernapasan pada perlakuan 1 dan 2.
Seharusnya ikan lele 2 mengalami peningkatan pada kecepatan rata-rata bernafas ketidak cocokan hasil kecepatan pernapasan ikan, mungkin kondisi ikan lele 2 kurang sehat dan usia lele 1 dan 2 juga berbeda sehingga mungkin mempengaruhi



BAB IV
PENUTUP

4.1    Simpulan
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis dapat diterima berdasarkan landasan toeri dan hasil pengamatan:
4.1.1        Konsenterasi deterjen mempengaruhi kecepatan pernapasan ikan lele karena semakin besar konsenterasi deterjen yang terkandung dalam air, semakin sedikit jumlah oksigen didalamnya akibat kandungan detergen yang dapat menghalangi pertukaran oksigen di udara dengan air.
4.1.2        Kecepatan bernapas ikan lele di air tercemar lebih cepat dibandingkan kecepatan bernapas ikan lele di air murni (tidak tercemar). Karena kadar oksigen di air tercemar yang semakin sedikit, ikan lele harus mempercepat gerakan operkulumnya agar dapat memenuhi kebutuhan oksigennnya.


4.2    Kritik dan Saran
Adapun kritik yang dapat disampaikan oleh penulis dari pengamatan yang telah penulis lakukan, penulis menyadari segala kekurangan dari lampiran pengamatan ini seperti ikan yang digunakan kurang sehat, tempat aquarium yang kecil, alat ukur yang seadanya.
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis dari pengamatan yang telah penulis lakukan, penulis menyarankan agar pengamatan selanjutnya menggunakan ikan yang lebih sedikit besar dan sehat, aquarium yang digunakan besar agar ikan bebas berenang, dan alat ukur yang lengkap agar penelitian yang di lakukan akurat.



LAMPIRAN

Lampiran Gambar Pengamatan

Ikan lele yang akan diuji coba                        dua timba dan deterjen Daia
Mengamati dan menghitung jumlah gerakan operkulum ikan lele
memindahkan lele ke timba lain untuk netralisir dari deterjen data hasil pengamatan


DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

 

Mengharap Ampunan-Mu Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Gossip Celebrity Flower Image by Dapino