Komitmen Guru Profesional
dalam Perspektif Islam
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Profesi Keguruan
Disusun oleh
kelompok 7:
Kelas 3 A
1.
Hanik Hamdiyah (D07213014)
2.
Fatma Muslikawati (D77214032)
3.
Ismiatul Chasanah (D77214034)
Dosen
pengampu:
Hj. Evi
Fatimatur Rusydiyah, M.Ag.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, pada saat ini, sampai dengan kesempatan ini tiada
kata yang pantas terucap, tiada kalimat yang patut terungkap, selain untaian
persembahan syukur Puja Allah SWT, Tuhan Seluruh Alam yang telah memberikan begitu banyak limpahan rahmat, anugerah
dan karunia-Nya yang begitu luar biasa kepada kita sehungga kami masih bisa
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa kita senandungkan dengan syahdunya
kepada sang pembawa risalah indah ini, Rasulullah SAW. Serta kita selaku
umatnya yang InsyaAllah setia hingga akhir zaman. Amin.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Komitmen Guru Profesional
dalm Perspektif Islam”. Kami sadari bahwa dalam makalah ini banyak terdapat
kesalahan, baik dari isi maupun dalam hal penyampaiannya. Untuk itu kami
memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca yang budiman serta dosen pembimbing yang
bijak.
Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini bisa bermanfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi rekan-rekan semua dan semoga dapat menambah
khazanah keilmuan kita. Amin.
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1
BAB II KOMITMEN GURU DALAM
PERSPEKTIF ISLAM................................. 2
A.
Pengertian
Komitmen Guru Profesional dalam Perspektif Islam....................... 2
B.
Macam-macam
Komitmen Guru Profesional...................................................... 4
C.
Ciri-ciri
Komitmen Guru Profesional.................................................................. 9
D.
Contoh
Komitmen Guru Profesional.................................................................. 14
BAB III SIMPULAN........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komitmen
seorang guru dalam pandangan Islam merupakan suatu keterikatan
diri terhadap tugas dan kewajibannya sebagai guru dalam mendidik
siswa-siswinya agar menjadi siswa yang tidak hanya pandai dalam ilmu umum,
tetapi juga ilmu agama, serta nilai-nilai moral yang harus dibentuk sesuai
dengan tuntunan Rasulullah berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Dalam melakukan
tugas dan tanggung jawabnya agar mencapai tujuan, guru dintuntut memiliki sikap
responsif dan inovatif dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun dalam kenyataannya, masih banyak guru-guru yang belum mampu
berkomitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya, sehingga berimbas pada
kulaitas peserta didik yang rendah dalam menguasai mata pelajarannya.
Sebagai guru
yang benar-benar memiliki komitmen, seorang guru berpredikat profesional akan
mengerahkan segala kemampuannya untuk mentrasfer ilmunya kepada peserta
didiknya dengan segala cara yang efektif, seperti harus repot-repot menyiapkan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat Program Tahunan (Prota),
Program Semester (Promes), membuat perangkat pembelajaran yang harus
disesuaikan dengan kurikulum. Semua itu jika tidak didasari dengan komitmen
tulus ikhlas karena mencari keridhaan Allah, tidak semata-mata hanya sebagai
guru profesional tetapi juga sebagai hamba Allah (abdullah) , tidak akan
mungkin dapat terlaksana dengan baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaima
pengertian Komitmen Guru Profesional dalam Perspektif Islam?
2.
Bagaimana
macam-macam Komitmen Guru Profesional?
3.
Bagaimana
ciri-ciri Komitmen Guru Profesional?
4.
Bagaimana
contoh Komitmen Guru Profesional?
A.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian Komitmen Guru Profesional dalam Perspektif Islam.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam Komitmen Guru Profesional.
3.
Untuk
mengetahui ciri-ciri Komitmen Guru ProfesionaL.
4.
Untuk
mengetahui contoh Komitmen Guru Profesional.
BAB II
KOMITMEN GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A.
Pengertian Komitmen Guru profesional dalam Perspektif Islam
Kata commiment
berasal dari bahasa Latin commitere, to connect, entrust the state of
being obligated or emotionally impelled, adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian
kukuh sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan
perilaku menuju arah yang diyakininya (i’tiqad).
Komitmen guru
profesional adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai
guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsif dan inovatif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi dalam komitmen,
terdapat beberapa unsur, antara lain:
1.)
Memahami
diri dan tugasnya;
2.)
Pancaran
sikap batin (kekuatan batin);
3.)
Kekuatan
dari luar; dan
4.)
Tanggap
terhadap perubahan.
Unsur-unsur
tersebutlah yang melahirkan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang
menjadi komitmen seorang guru, sehingga tugas harus dilakukan dengan penuh
keikhlasan.
Tanggung jawab keguruan yang lahir
dari komitmen guru profesional adalah tanggung jawab yang tidak hanya
ditunjukkan dihadapan manusia, tetapi juga dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah SWT. Jadi pertanggungjawaban terhadap profesi dalam pandangan Islam tidak
hanya bersifat horizontal-formal (sesama manusia), tetapi juga bersifat
vertikal-moral, yakni dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. [1]Seperti
pada sabda Nabi SAW:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَلَا
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي
عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى
أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ
بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ
سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Laits. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah menceritakan kepada kami Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.(HR. Muslim).[2]
Sesungguhnya Allah SWT telah
memerintahkan kedua orang tua dan para pendidik untuk mendidik anak-anak mereka
dan memberikan tanggung jawab ini dalam firman-Nya Surat at-Tahrim ayat 6:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Oleh karena
itu, Imam al-Ghozali rahimahullah dalam risalahnya Ayyuhal Walad, menegaskan
bahwa makna pendidikan sama seperti pekerjaan petani yang mencabut duri-duri
dan menyiangi rumput-rumput liar, agar tanamannya tumbuh sehat dan mendapat
hasil panen yang maksimal.
Ibnul Qayyim rahimahullah
menekankan tentang komitmen dan
tanggung jawab dalam mendidik anak-anak, beliau katakan “Sebagian ulama
mengatakan bahwa sesungguhnya Allah SWT bertanya kepada orang tua tentang
anaknya di hari kiamat sebelum bertanya kepada anak tentang orang tuanya. Sebab
bagaimana orang tua memiliki hak atas anaknya, maka demikian pula sang anak
memiliki hak atas orang tuanya.
Ibnul Qayyim
melanjutkan, “Maka barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang
bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah
melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak
kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan
kewajiban-kewajiban dalam agama dan sunah-sunahnya.[3]
Seorang guru merupakan orang tua
bagi anak didiknya, oleh karena itu tugas guru dalam mendidik anak didik di
dalam kelas, guru perlu menunjukkan nilai-nilai murni secara tidak langsung
ketika mengajar. Nilai-nilai murni ini seperti sikap tolong-menolong, jujur,
bersih, dan sebagainya. Memang berat tugas seorang guru, namun jika disertai
dengan niat yang ikhlas dan komitmen yang kuat dalam mendidik dan menjalankan
tugas yang berat, maka hal tersebut tidak menjadi beban yang membawa kepada
masalah kehidupan mereka. untuk mendapatkan dampak positif tersebut, maka dalam
mengajar dan belajar, guru dan anakdidik sama-sama menghidupkan suasana
pembelajaran yang aman dan tenteram. [4]
B.
Macam-macam Komitmen Guru Profesional
Macam-macam
komitmen guru profesional diantanya:
1.
Komitmen
terhadap sekolah sebagai unit sosial
Sekolah
adalah lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat.
Lembaga sosial formal tersebut merupakan suatu organisasi yaitu terikat
terhadap tata aturan formal memiliki program dan target atau sasaran yang jelas
serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi. Karena
itu, fungsi sekolah terikat kepada target dan sasaran-sasaran yag dibutuhkan
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah masyarakat disini termasuk di dalamnya
orang tua, pemerintah, lembaga-lembaga pemberi kerja dalam masyarakat serta
lembaga-lembaga sosial lainnya yang berkepentingan dengan hasil pendidikan.
Guru sebagai
pendidik berkewajiban membawa anak didik ke arah kedewasaan dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara
yang paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi anak didik. Cara ini
akan menghilangkan jurang pemisah antara guru dan anak didik. Dengan kata lain
guru mempunyai komitmen terhadap sekolah, bertanggungjawab terhadap
sekolah dan profesinya dalam arti dengan sukarela, menciptakan iklim sekolah
yang kondusif dan berusaha mewujudkan tanggung-jawab dan peranan sekolah dalam
mewujudkan keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Sebagai
pendidikan yang bersifat formal, menurut Hasbullah (2006:47) sekolah di dalam
melaksanakan fungsi pendidikan didasari oleh asas tanggung jawab sebagai
berikut:
1.
Tanggung jawab formal kelembagaan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalam hal ini UU pendidikan.
2.
Tanggung jawab keilmuan berdasarkan
bentuk, isi, tujuan, dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh
masyarakat dan bangsa.
3.
Tanggung jawab fungsional, yaitu
tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan. Tangung jawab
ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan orang tua (masyarakat)
kepada sekolah (guru).
Fungsi dan
peran sekolah sebagai lembaga pendidikan, sekolah bertugas mendidik dan
mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik. Sementara itu dalam
perkembangan kepribadian anak didik, peran sekolah melalui kurikulum menurut
Hasbullah (2006:49-50) antara lain:
a.
Anak didik belajar bergaul sesama
anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan
karyawan.
b.
Anak didik belajar mentaati
peraturan-peraturan sekolah.
c.
Mempersiapkan anak didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa, dan agama.
2.
Komitmen
terhadap kegiatan akademik sekolah
Guru
yang mempuyai komitmen menyiapkan banyak waktu untuk melaksaakan tugas yang
berkaitan dengan pembelajaran seperti, perancangan pengajaran, pengelola-an
pengajara dan senantiasa berfikir tentang cara untuk meningkatkan keaktifan
prestasi belajar siswa-siswi. Tugas guru terkait dengan komitmen terhadap
kegiatan akademik sekolah antara lain:
a.)
Guru sebagai perancang pembelajaran
Guru
dituntut berperan aktif dalam
merencanakan proses belajar mengajar dengan memperhatikan berbagai
komponen dalam sistem pembelajaran (Unor, 2008:22) meliputi: Membuat dan
merumuskan tujuan pembelajaran, .menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan,
waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa-siswi, Merancang metode yang
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa-siswi, dan Menyediakan sumber belajar.
b.)
Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan umum
pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas dalam kegiatan
belajar mengajar, sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
anak didik dalam menggunakan alat-alat belajar, serta membantu mereka untuk
memperoleh hasil yang diharapkan..
c.)
Guru sebagai pengarah pembelajaran
Dalam
mengarahkan, pembelajaran, ada empat hal yang dapat dikerjakan guru yaitu:
membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, mejelaskan secara kongkrit apa yang
dapat dilakukan pada akhir pengajaran, memberikan gambaran terhadap prestasi
yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik, dan
membentuk kebiasaan belajar yang baik.
d.)
Guru sebagai pelaksana kurikulum
Peranan guru
secara aktif dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum diantaranya dalam
perencanaan kurikulum, dalam pelaksanaan di lapangan, dalam proses penilaian,
pengadministrasian, dan perubahan kurikulum. Jadi guru yang profesional hatus
memiliki tanggung jawab dan komitmen untuk mengembangkan kurikulum dalam arti
menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang harus diberikan
kepada peserta didik.
e.)
Guru sebagai evaluator
Guru
berperan sebagai evaluator adalah untuk melihat tingkat keberhasilan,
efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran selain itu juga bertujuan
untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelas untuk meningkatkan dan
memperbaiki pembelajaran dan akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
3.
Komitmen
terhadap siswa-siswi sebagai individu unik
Untuk membangun
komitmen mengenai perbedaan siswa-siswi yang unik, seorang guru harus
mengetahui prinsip dari siswa-siswi diantaranya:
a.
Perbedaan
latar belakang rumah seperti, rumah kaya dan rumah yang miskin, hidup bahagia
dan tidak, penggunaan bahasa yang berbeda ketika di rumah, pekerjaan orang tua,
dan lingkungan sekitsr sekolah.
b.
Perbedaan
dalam kesehatan dan nutrisi, seperti: tinggi dan berat badan anak, catatan
tentang penyakit anak, kesehatan emisonal anak, penglihatan dan pendengaran
anak.
c.
Perbedaan
dalam kemampuan anak di sekolah, seperti: perkembangan dan keterampilan anak,
perkembangan pemahaman anak, perkembangan anak pada mata-mata pelajaran,
perkembangan tanggung jawab anak dan pengertiannya tentang cara berperilaku.
d.
Perbedaan
dalam minat dan bakat, dengan mengetahui bakat dan minat anak, guru dapat
belajar bagaimana menyajika pelajaran sehingga dapat diminati dan bermakna bagi
anak
4.
Komitmen
untuk menciptakan pengajaran yang bermutu
Seorang guru
senantiasa merespon perubahan-perubahan dan pengetahuan baru serta
menggabungkan ide-ide baru tersebut dalam
implementasi kurikulum di kelas, sehingga pembelajaran menjadi bermutu.
Mutu
pembelajaran atau mutu pendidikan akan dapat dicapai jika guru memahami
kebutuhan siswa dan yang harus dilakukan oleh guru adalah menciptkan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Dalam hal keterampilan, upaya guru
untuk menerapkan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar:
a.
Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran
b.
Keterampilan
bertanya
c.
Keterampilan
memberi penguatan
d.
Keterampilan
menjelaskan
e.
Keterampilan
mengelola kelas
f.
Keterampilan
mengadakan variasi
g.
Keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil
h.
Keterampilan
mengajar kelompok kecil.[5]
Dari
macam-macam komitmen seorang guru yang profesional seperti komitmen terhadap
sekolah, terhadap kegiatan akademik, terhadap siswa-siswi, dan menciptakan
pengajaran yang bermutu, hal itu merupakan tanggung jawab seorang guru.
Pengamatan Anwar dan Sagara (2006) menunjukkan hampir tidak ada guru yang benar
yang tidak menginginkan kesuksesan anak didiknya atau menjadi sampah
masyarakat. Pendidikan yang benar dapat mendorong guru selalu memberikan
perhatian kepada persoalan yang dialami anak didik.
Diberbagai kesempatan para guru yang tinggi
dedikasinya tidak memperdulikan hambatan yang dihadapinya. Mereka abaikan
kesulitan cuaca panas atau dingin, hujan lebat atau gerimis, gelap, bahkan
sakit yang mungkin sempat ia rasakan, yang terpenting adalah tetap memberi
pelayanan memadai pada tiap orang di bawah tanggung jawabnya.[6]
Dalam pandangan
Islam, Seorang guru memang sangat berperan besar dalam mendidik anak-anak
didiknya, dimana seorang guru merupakan orang tua kedua setelah orang tua
biologis mereka. Guru telah diberi amanat dan kepercayaan untuk mendidik mereka
agar mereka menjadi anak yang dapat memberi manfaat dan keberkahan bagi
lingkungan sekitarnya dengan mengajari mereka ilmu agama maupun ilmu umumnya.
Sehingga guru harus memiliki komitmen yang kuat, agar sebesar apapun halangan
yang menghadang di setiap proses mengajar dan mendidik anak-anak, tujuan
mengajar dan mendidik anak-anak dapat tercapai.
Dalam pandangan
al-Qabisi, guru merupakan sumber makanan akal dan agama. Apa yang dimaksudkan
sumber makanan ialah guru bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan yang
dapat membentuk kesempurnaan akal. Akal yang sempurna mendatangkan dampak yang
positif dalam tingkah laku pelajar. Akal yang sempurna juga datang dari
kepatuhan dan ketaatan pada perintah agama yang dapat membentuk kekuatan jiwa.
Karena kelak, semua tanggung jawab yang diemban seorang guru juga akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, seperti dalam QS al-Jatsiyat ayat 28
yang berbunyi:
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى
إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya :
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat
dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi
balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
Al-Jatsiyah mengandung arti berlutut dengan lutut untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan yang dilakukan.[7]
Maka dari itu, guru harus mampu mempertanggungjawabkan apapun yang telah
diperbuatnya terhadap sekolah, terhadap kegiatan akademik, terhadap
siswa-siswi, dan menciptakan pengajaran yang bermutu.
Selain dari tugas
dan tanggung jawab yang telah disebutkan, guru juga memiliki tugas dan tanggung
jawab seperti dalam Q.S. ali Imran ayat 110 yang berbunyi:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ
آَمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ
وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Pekerjaan
seorang guru adalah sebuah amanah dan tugas yang sangat mulia, dimana seorang
guru adalah seorang manusia yang juga masuk dalam kategori ayat ini yaitu umat
terbaik, yang memiliki tugas mengajar, mendidik, berdakwah dengan menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
C.
Ciri-ciri Komitmen Guru Profesional
Guru yang
rendah tingkatan komitmennya, dengan cici-ciri sebagai berikut:
1.
Sedikit
perhatian yang disisihkan untuk memperhatikan siswanya.
2.
Sedikit
waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya.
3.
Perhatian
utama guru demikian adalah hanya jabatannya.[8]
Sebaliknya guru
yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi ditandai oleh ciri-ciri sebagai
berkut:
1.
Tinggi
perhatian terhadap para siswanya
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan perhatiannya
kepada siswa-siswi dan siswinya, antara lain sebagai nerikut:
a.
Memberikan
bimbingan
Tugas guru
adalan membimbing siswa-siswi. Membimbing berarti mengarahkan siswa-siswi yang
mempunyai kemempuan kurang, sedang, dan tinggi. Masing-masing kemampuan anak
didik tersebut membutuhkan perlakuan yang harus berbeda-beda. Artinya
siswa-siswi yang mempunyai kemampauan intelektual rendah, sedang, dan tinggi
tidak boleh disamaratakan. Memerlukan kesamarataan dengan standar minimal akan
menimbulkan rasa jenuh bagi yang berkemampuan tinggi. Sebaliknya,
menyamaratakan bimbingan pada siswa-siswi dengan standar maksimal akan
menjadikan mereka yang berkemampuan rendah semakin tidak paham. (Thoifuri,
2008:47)
Disinilah arti
bimbingan yang sebenarnya bagi guru. Guru harus memahami masing-masing
siswa-siswinya dari kodisi fisik hingga piskisnya agar mampu menjalankan
pelajaran dengan sebaik-baiknya. Dalam proses bimbingan, guru menyatu dalam
jiwa siswa-siswinya, tidak boleh egois atau memaksakan kehendak dengan tujuan
aagar pengajaran cepat sesuai dengan target waktu. Akan tetapi guru dituntut
untuk mengahargai kemampuan siswa-siswinya dengan tidak melupakan batasan
waktu.
2.
Banyak
waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya
Tugas guru
merupakan tugas guru yang kompleks mulai dari mendidik, mengajar, melatih,
membimbing, dan sebagainya. Oleh karenanya guru harus memiliki banyak waktu dan
tenaga untuk menunaikan kewajibannnya, yaitu sebagai berikut :
a.
Guru
tidak hanya mendidik di dalam kelas, tetapi juga di sela-sela waktu di luar jam
mengajar.
Ada ungkapan
hadits yang dijadikan ikon didalam mengajar yakni “belajar sepanjang hayat”.
Merenungkan ungkapan tersebut, memberikan pemahaman dalam belajar itu tidak
memilih tempat: dikelas, dihalaman, dikantin, dirumah, disawah, atau dimanapun
sepanjang suasananya kondusif, maka proses belajar bisa berlangsung.
Apalagi dengan
perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, peran guru berubah dari
pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar. (Mulyasa, 2007: 38)
Terlepas dari
teori diatas, seyogyanya guru siap sedia memberikan pengajaran di manapun dia
dibutuhkan oleh siswa-siswi. Apalagi di lingkungan sekolah, selama enam sampai
tujuh jam di sekolah harus memberi waktu luangnya untuk siswa-siswi dan
siswanya.
b.
Guru
sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat
Keberhasilan
pendidikan bagi siswa-siswi dan siswi dipengaruhi oleh tiga lingkungan: keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut harus bersinergi saling
mendukung didalam membentuk kepribadian siswa-siswi dan siswi. Tugas guru dalam
hal ini sebagai perantara atau mediasi didalam menciptakan hubungan yang
harmonis antara sekolah dan masyarakat. Karena sebagus apapun pendidikan dan
pengajaran dilakukan si sekolah. Sementara dukungan masyarakat tidak ada, maka
tujuan pendidikan disekolah hanya sebagai menara gading.
3.
Banyak
bekerja untuk kepentingan orang lain.
Guru harus
berperan akrif didalam menciptakan hubungan sekolah dengan masyarakat, karena
disamping mengemban tugas profesi disekolah, guru juga mengemban peran dan
fungsi sebagai tugas kemasyarakatan yang memiliki tanggung jawab menyadarkan
masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi putra-putri mereka.
pekerjaan
dibidang guru adalah pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas tersebut,
para guru dibebankan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
A.
Guru
memiliki tugas profesional
guru merupakan
profesi atau pekerjaan yang,e,erlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan
ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kepebdidikan
walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar kependidikan. Itulah
sebabnya profesi ini paling mudah terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai
profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
a.
Mendidik
berarti menanamkan, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak
didik.
b.
Melatih
bererti membekali anak didik agarmemiliki keterampilan sebagai bekal dalam
kehidupannya.
c.
Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
B.
Guru
memiliki tugas kemanusiaaan
Tugas guru
dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang
tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga is menjadi idola bagi para
siswanya. Pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi
siswanya dalam belajar.bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak
menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih
pengajaran kepada para siswanya. Para siswa-siswi akan engan menghadapi guru
yang kurang menarik.
Tugas guru
sebagai tugas kemanusiaan meliputi penanaman nilai moral kepada anak didik, dan
menjadi orang tua kedua bagi siswa-siswinya.
a.
Menanamkan
nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik seperti akhlak, budi pekerti, dan
sikap kesetiakawanan sosial.
b.
Menempatkan
diri sebagai orang tua kedua berarti memahami jiwa anak didik.
C.
Guru
memiliki tugas kemasyarakatan
Masyarakat
memempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari
seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini
berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
Tugas dan peran
guru tidaklah terbatas didalam masyarakat. Bahkan guru pada hakikatnya
merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam mememtukan
gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan factor condisio
sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan
bangsa sejak dulu.
Keberadaan guru
bagi bangsa amatlah penting. Apalagi bagi suatu bangsa yang membangun.
Terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan
perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa terhadap kehidupan. Tugas guru
sebagai tugas kemasyarakatan meliputi:
a.
Mendidik
dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang bermolar pancasila.
Dalam pandangan
Islam, ciri-ciri guru profesional dalam berkomitmen dan bertanggung jawab dalam
menjalankan amanahnya dijelaskan Q.S. Insyirah ayat 7-8:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
Dari ayat
tersebut menyatakan bekerja merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Allah
memerintahkan kita setelah menyelesaikan suatu pekerjaan untuk mengerjakan
lainnya dengan sungguh-sungguh dan kepada Allah kitaberharap.
Dalam Islam,
bekerja adalah perintah suci dari Allah. Tugas kewajiban manusia adalah
memenuhi perintah suci itu. Memenuhi perintah Allah itu dengan cara
memanfaatkan waktu dalam bingkai beribadah kepada-Nya sehingga pelaksanaannya
dilakukan dengan sukacita, dengan senang hati.
Dalam
melaksanakan tanggung jawabnya yang begitu besar, agar komitmen seorang guru
terus tertanam kuat dalam hatinya, maka dalam pandanngan Islam menata niat dengan bekerja ikhlas sebagai ibadah.
Seorang muslim yang beriman
menyadari sepenuh hati bahwa Allah adalah sumber pemberi rezeki. Ia menyadari
bahwa Allah memberikan rezeki melalui berbagai cara yang salah satunya adalah
bekerja. Karena itu, bekerja yang dilakukan harus bernilai ibadah.
Walaupun Kerap kali seorang guru menghadapi anak didik yang berprilaku tidak
pada tempatnya. Maka komitmen yang tinggi adalah pilihan utama dalam mengatasi
hal-hal tersebut, yang keluar dari lubuk hati terdalam. [9]
Dalam
Şahīh Bukhari Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ
إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ
Sesungguhnya
kamu memberikan nafkah dengan semata-mata mengharap ridla Allah tidak lain kamu
diberi balasan atas pemberian nafkah itu sampai pun nafkah itu untuk isterimu
sendiri.
Dalam Islam, tidak boleh terjadi ada
satu babak kehidupan atau satu aktivitas hidup yang terlepas dari nilai ibadah.
Kalau bekerja adalah ibadah, maka bekerja harus dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah, dikerjakan sesuai
dengan syariah dan sunnah Allah, dan ditujukkan untuk keridlaan Allah. Untuk
dapat memperoleh ridla Allah harus the best, baik pada proses maupun
pada produk.[10]
D.
Contoh Komitmen Guru Profesional
Guru yang memiliki komitmen terhadap tugas setidaknya dari dalam
dirinya terpancar beberapa sikap ; tugas sebagai guru merupakan pancaran sikap
batin, siap – tersedia dimanapun, dan tanggap terhadap perubahan[11].
a.
Tugas
sebagai guru merupakan pancaran sikap batin
Melaksanakn tugas sebagai guru hendaknya merupaka panggilan jiwa
yang lahir dari ketulusan hati untuk menjalankan tugas tersebut dengan
sungguh-sungguh tanpa paksa dan dipaksakan.
Satu hal yang sangat pentingdan harus dimiliki oleh seorang guru
terkait dengan tugas guru sebagai panggilang batin adalah terus dan selalu
menjaga kewibawaan di hadapan anak didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan
(kekuasaan batin mendidik) dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu
kekuasaan yang semata-mata di dasarkan pada unsur wewenang jabatan.
Kewibawaan merupakan pancaran batin yang dapat menimbulkan pada
pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian
atas kekuasaan tersebut. Kewibawaan mendidik hanya dimiliki oleh mereka yang
sudah dewasa rohani yang ditopang oleh kedewasaan jasmani. Kedewasaan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal
atau telah mencapai proporsi yang sudah mantap.
Dengan adanya sifat penyerahan diri, timbul kesediaan untuk
berkorban yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja pada diri
pendidik. Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar siswa siswi
tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya. Kemampuan mendidik dapat
dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu
pengetahuan pendidikan, mengambil manfaat dan pengalaman kerja dan lain-lain.
b.
Siap-sedia
di manapun
Manakala seorang calon guru mengajukan permohonan untuk menjadi
guru, ada satu komitmen yang harus dibuat mereka, yakni mengajukan pernyataan
siap dan bersedia untuk ditempatkan diseluruh wilayah negara republik indonesia.
Disadari atau tidak, bilamana calon guru tersebut berhasil lulus seleksi,
pernyataan yang sudah dibuat akan menjadi komitmen yang harus dilaksanakan.
Para guru tidak akan mengingkarinya, dimanapun dan kapanpun serta oleh
siapapun, dengan penuh rasa tanggung jawab dia akan melaksanakan tugas walaupun
di lokasi terpencil (desa) sekalipun.
Dengan model kompetensi sosial yang dimiliki oleh para guru tempat
tugas dimanapun tidaklah menjadi penghalang untuk menunaikan kewajibannya
sebagai pendidik. Dengan kompetensi tersebut, seorang guru mampu beradaptasi
dimanapun dan degan siapapun.
c.
Tanggap
terhadap perubahan
Tuntutan guru profesional salah satunya adalah selalu bersedia dan
berupaya mengembangkan dirinya dengan jalan mengisi waktu luang untuk selalu
belajar dan bersifat responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Seorang
guru tidak boleh merasa puas dengan pengetahuan yang ada pada dirinya. Setiap
waktu guru harus terus menerus menambah khazanahpengetahuannya.
Guru yang profesioanl adalah yang terus menerus membudayakan diri
dengan memiliki cukup waktu luang untuk mempertajam daya intelektualnya. Dengan
demikian segala bentuk perubahan yang terjadi di tengah masyarakat terutama
yang berkaitan dengan pengetahuan harus mendapat perhatian. Pembaharuan
pengetahuan itu akan mempengaruhi penyajian materi pembelajaran yang dilakukan,
sehingga lebih menarik, kaya dengan informasi, dan pengetahuan yang baru.
Dalam
perspektif Islam, untuk mewujudkan guru profesional yang berkomitmen, kita
dapat mengacu pada tuntunan nabi Muhammad SAW. Karena beliau satu-satunya guru
yang berhasil dalam rentang waktu yang cukup singkat, sehingga diharapkan dapat
mendekatkan realitas (guru/pendidik) dengan yang ideal (Rasulullah SAW).
Keberhasilan Nabi SAW sebagai pendidik di dahului oleh bekal kepribadian (personality)
yang berkualitas unggul, kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial
religius, serta semangat ketajamannya dalam iqra’ bi ismi rabbik yaitu membaca,
menganalisis, meneliti dan mengeksperimentasi terhadap berbagai fenomena
kehidupan dengan menyebut nama Allah. Kemudian beliau mampu mempertahankan dan
mengembangkan kualitas iman, amal saleh, berjuang dan bekerjasama menegakkan
kebenaran dan bekerjasama dalam kesabaran. Seperti yang termaktub dalam alquran
surat AL-‘Ashr ayat 3:
wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
“kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dari hasil telaah
tersebut, dapat diformulasikan kesimpulan yang melandasi keberhasilan guru
yakni pendidik akan berhasil menjalankan tugasnya apabila mempunyai kompetensi
personal-religius, sosial-religius, dan profesional-religius. Kata religious
selalu dikaitkan dengan tiap-tiap kompetensi, karena menunjukkan adanya
komitmen guru/pendidik dengan ajaran Islam sebagai kriteria utama, sehingga
segala masalah pendidikan dihadapi dan dipecahkan dalam perspektif Islam.
1. Kompetensi
Personal-Religius
Kemampuan dasar yang
pertama bagi guru adalah menyangkut kepribadian agamis artinya pada dirinya
melekat nilai-nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta
didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan,
tanggungjawab, kebijaksanaan, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban
dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi
transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai) antara pendidik dan
peserta didik. Nilai-nilai tersebut dapat diinternalisasi dari sifat-sifat
Allah dalam QS. Al-Hasyr : 22-24.
“Dialah Allah yang
tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang
Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala
Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul
Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ibarat sebuah contoh
lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut
tergantung dari contohnya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan.
Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki
integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena
tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga
menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.[12]
“Wahai orang-orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.”(QS. As-Shaf:2-3)
2. Kompetensi
Sosial-Religius
Kompetensi sosial yang
dimiliki seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta
didik dan lingkungan mereka (seperti orang rua, tetangga, dan sesama teman).
Kompetensi ini juga menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial
selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong-royong, tolong-menolong,
egalitarian (persamaan derajat antara manusia), sikap toleransi, dan sebagainya
perlu dimiliki oleh pendidik dalam rangka transinternalisasi sosial antara
pendidik dan peserta didik.[13]
Diungkapkan dalam Al-Qur’an salah satu sikap yang harus diterapkan adalah
penyantun dan penyayang terhadap sesama.
“Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS.Al Imran: 159)
3. Kompetensi
Profesional-Religius
Kemampuan ketiga ini
menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara professional,
dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus seiring
berkembangnya zaman serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan
wawasan keahliannya. Ali bin Abi Thalib berkata,
علِّموا اَوْلادَكم فإنهم مَخْلوقون لِزمانٍ
غيرَ زمانِكم
“Didiklah anak kalian dengan pendidikan yang
berbeda dengan yang diajarkan kepadamu, karena mereka diciptakan untuk zaman
yang berbeda dengan zaman kalian.”
Secara lebih rinci
sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan: ·
a.
Merencanakan sistem pembelajaran
b.
Merumuskan tujuan.
c.
Memilih prioritas materi yang akan diajarkan.
d.
Memilih dan menggunakan metode.
نحنُ معاشِرَ الأنبياءِ اُمِرْنا اَنْ
نُنْزِلَ الناسَ منازِلَهم ونكلَّمَهُم على قدرِ عُقُوْلِهِم
“Kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan pada
posisinya, berbicara dengan seseorang sesuai dengan kemampuan akalnya.”(HR. Abu Bakr Ibn
Al-Syakhir)
e.
Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada.
f.
Memilih dan menggunakan media pembelajaran. ·
g.
Melaksanakan sistem pembelajaran
h.
Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat.
i.
Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat. ·
j.
Mengevaluasi sistem pembelajaran
“Dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!”(QS. Al-Baqarah : 31)
k.
Memilih dan menyusun jenis evaluasi.
l.
Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses.
m.
Mengadministrasikan hasil evaluasi. ·
n.
Mengembangkan sistem pembelajaran
o.
Mengoptimalisasi potensi peserta didik.
p.
Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri.
q.
Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.
BAB III
SIMPULAN
1. Kata commiment berasal dari bahasa Latin commitere, to
connect, entrust the state of being obligated or emotionally impelled, adalah keyakinan yang mengikat (aqad)
sedemikian kukuh sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian
menggerakkan perilaku menuju arah yang diyakininya (i’tiqad). Komitmen
guru profesional adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban
sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsif dan
inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.
Macam-macam
komitmen guru profesional diantaranya: Komitmen terhadap sekolah sebagai unit
sosial, guru sebagai pendidik berkewajiban dalam pembentukan pribadi anak didik. Komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah, Komitmen terhadap
kegiatan akademik sekolah, guru yang mempuyai komitmen menyiapkan banyak waktu
untuk melaksaakan tugas yang berkaitan dengan pembelajaran, komitmen terhadap siswa-siswi sebagai individu unik, dan komitmen untuk menciptakan pengajaran yang
bermutu
3.
Ciri-ciri komitmen guru profesional
dintaranya:tinggi perhatian terhadap para siswanya, banyak waktu dan tenaga
yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugasnya, banyak bekerja untuk kepentingan
orang lain. dalam perpektif Islam, dalam melaksanakan pekerjaannya adalah
denngan niat mengharapkan ridho Allah, menjadikan pekerjaannya sebagai amanah
yang harus dijalankan, dan penuh keikhlasan.
4. Contoh Komitmen Guru Profesional dalam perspektif Islam, untuk
mewujudkan guru profesional yang berkomitmen,
kita dapat mengacu pada tuntutan nabi Muhammad SAW. Karena beliau satu-satunya
guru yang berhasil dalam rentang waktu yang cukup singkat, sehingga diharapkan
dapat mendekatkan realitas (guru/pendidik) dengan yang ideal (Rasulullah SAW).
Keberhasilan Nabi SAW sebagai pendidik di dahului oleh bekal kepribadian (personality)
yang berkualitas unggul,
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Assegaf, Abd. Rachman. 2013. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam.
Jakarta. PT Raja Grafindo.
Al-Kubro Ensiklopedi
Sunnah Nabawi berdasarkan 9 Kitab Hadits elektronik. Kitab Muslim. Bab Keutamaan Imam yang
Adil. no. 3408.
Bakar, Yunus Abuk dkk. 2009. Profesi Keguruan. Surabaya.
AprintA.
Mujib, Abdul dan Jusuf
Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta. Kencana.
Imron, Ali. 2012. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni. 2006. Membangun visi bersama
: aspek-aspek penting dalam reformasi pendidikan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidzh. 2012. Prophetic
Parenting(Cara Nabi Mendidik Anak). Yogyakarta. Pro-U Media.
Internet:
https://syukrihaekal03.wordpress.com/tag/organisasi-dalam-perspektif-al-quran/, diakses pada hari Kamis, 29 Oktober 2015, pukul 08:23 WIB.
http://kammiunissulasmg.blogspot.co.id/2014/05/komitmen-kerja-islami.html, diakses pada hari Kamis, 29 Oktober 2015, pukul 06:06 WIB.
[1] Yunus Abuk
Bakar dkk, Profesi Keguruan. (Surabaya: AprintA, 2009), hlm. 10.
[2] Al-Kubro
Ensiklopedi Sunnah Nabawi berdasarkan 9 Kitab Hadits elektronik, Kitab
Muslim, Bab Keutamaan Imam yang Adil, no. 3408.
[3] Muhammad Nur
Abdul Hafidzh Suwaid, Prophetic Parenting (Cara Nabi Mendidik Anak), (Yogyakarta:
Pro-U Media, 2012), hlm. 47.
[4] Abd. Rachman
Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
2013), hlm. 74.
[5] Yunus Abuk
Bakar dkk, Profesi Keguruan, hlm. 10-20.
[6] Syaiful
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 13.
[7] https://syukrihaekal03.wordpress.com/tag/organisasi-dalam-perspektif-al-quran/, diakses pada
hari Kamis, 29 Oktober 2015, pukul 08:23 WIB.
[8] Ali Imron, Supervisi
Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm.
86.
[9] Syaiful
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm. 13.
[10] http://kammiunissulasmg.blogspot.co.id/2014/05/komitmen-kerja-islami.html, diakses pada hari
Kamis, 29 Oktober 2015, pukul 06:06 WIB.
[11] Isjoni, Membangun Visi Bersama : Aspek-aspek Penting
dalam Reformasi Pendidikan, Yayasan Obor Indonesia,( Jakarta, 2006), hlm. 163.
[13] Ibid., hlm.
96.
0 komentar:
Posting Komentar